RASULULLAH SANG USWATUN HASANAH

Hampir tidak ada tokoh dalam sejarah yang ditulis, dipelajari, dibahas, dan dijadikan panutan dalam setiap ucapan, persetujuan, larangan dan perilakunya, selengkap, sedetil, dan sebanyak Nabi Muhammad SAW. Jumlah halaman dan buku yang ditulis mengenainya tidak terhitung jumlahnya, seolah pena telah kehabisan tinta untuk melukiskan betapa luas hidayah dan rahmat Allah yang dibawanya.



Teladan kepemimpinan sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW karena ia adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk di antaranya: self development, bisnis, dan entrepeneurship, kehidupan rumah tangga yang harmonis, tatanan masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, sistem hukum yang berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta memastikan keamanan dan perlindungan warga negara. Kepemimpinannya accepted karena diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Kepemimpinannya proven karena sudah terbukti sejak lebih 14 abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan.

Faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah SAW adalah rabun dekat kaum muslim sendiri. Yang dimaksud rabun dekat adalah ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dimensi sosial, politik, militer, edukasi, dan hukum kemudian memformulasikan nilai-nilai keteladanan tersebut ke dalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Saat ini cara pandang kebanyakan kita terhadap Rasulullah SAW adalah one-sided. Artinya hanya menjadikan Muhammad SAW sebagai pemimpin keagamaan saja. Daerah tertorialnya hanya di masjid dan mushalla. Kita menjadikan Muhammad SAW sebagai panutan saat kita shalat saja tetapi bila sudah keluar dari masjid masuk ke bank atau lembaga keuangan lainnya, maka suri tauladannya ditinggalkan. Ketika melakukan transaksi ekspor-impor petuahnya tentang kejujuran diabaikan. Ketika melakukan promosi iklan di media, fatwanya tentang akhlak dan kewajiban menghormati wanita agar jangan dijadikan objek murahan diacuhkan.

Setiap musim maulid tiba, banyak dibacakan shalawat-shalawat panjang, diba, dan barzanzi. Tetapi semua itu sebatas dikumandangkan di masjid, madrasah dan rumah-rumah saja. Saat kembali di lingkungan kerja, kantor misalnya, ternyata kantor kosong dari nilai-nilai akhlak dan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan barzanzi. Shalawat terus dibaca, barzanzi selalu dikumandangkan tetapi kehidupan ini semakin jauh dari teladan Rasulullah bahkan tidak jarang semakin dekat ke budaya yahudi dan kapitalistik. Si kuat memakan si lemah. Profit jauh lebih diutamakan dari akhlak dan syariah.

Di sisi lain ada juga yang terjebak dalam pengkultusan yang dilarang syariah dan Rasulullah sendiri. Memuliakan Rasulullah adalah wajib, membaca shalawat adalah sunnah, membela kehormatannya adalah fardhu-kifayah bahkan bisa menjadi fardhu ‘ain dalam situasi tertentu. Tetapi hal ini tidak harus membawa kita ke jurang pendewaan Rasulullah yang tidak proporsional. Rasulullah pernah mengatakan, “Janganlah kalian terlalu mengagung-agungkan aku seperti halnya kaum kristen mendewakan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku ini manusia biasa putra seorang wanita Makkah yang memakan daging yang dikeringkan (lauk sederhana). Panggillah aku Rasulullah dan hamba Allah.” Bukhari Muslim

Banyak di antara kita yang memposisikan Rasulullah terlalu melangit, tinggi, dan jauh di atas sehingga mendekati posisi dewa atau anak dewa. Akibatnya beliau menjadi asing dan tidak bisa ditiru dan dijadikan suri tauladan lagi.

Telaah yang seksama atas sunnah nabawiyah akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa Muhammad SAW adalah manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya. Sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan. Beliau berjalan di pasar, membawa barang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong daging serta menyiapkan sayuran di dapur. Beliau juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.

Sebagai seorang pemimpin beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakan kekalahan dan kesedihan. Tubuhnya tidak terdiri dari besi tetapi daging dan tulang biasa. Kulitnya pernah robek, pelipisnya pernah terluka parah dan 2 giginya tanggal terkena pukulan di Perang Uhud.

Jarang juga kita melihat studi yang mendalam oleh cendekiawan dan personel militer tanah air terhadap strategi militer Rasulullah padahal ia telah memimpin 9 perang besar 53 ekspedisi militer. Suatu jumlah operasi lapangan yang jauh lebih besar dari pengalaman tertorial seorang komandan angkatan bersenjata mana pun. Lebih dari itu semua operasi militer dilakukan tanpa alat komunikasi canggih seperti satelit, handphone, internet, dan fax.

Muhammad SAW adalah manusia yang luar biasa namun bukan tidak mungkin untuk diteladani dan diikuti jejak-jejak kesuksesannya yang multidimensi. Salah seorang guru leadership menyatakan bahwa kepemimpinan yang baik memberikan inspirasi. Itulah yang membedakan pemimpin dengan yang bukan.

Muhammad SAW disamping meninggalkan teladan yang bisa kita copy-paste juga meninggalkan banyak inspirasi dan kebijaksanaan tentang banyak hal. Tugas kita lah mengembangkan inspirasi tersebut sesuai dengan dimensi waktu dan ruang serta dalam radius kekhalifahan yang kita emban.

Allah Berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab : 21)

Ya Rabb... kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.
Read More...

HAKEKAT CINTA

Alangkah bahagianya jika seseorang berhasil meraih dan menggapai cinta Allah SWT. Sebab, bila seseorang berhasil mendapatkan cinta Allah, maka hidupnya akan dituntun dan dibimbing oleh Allah SWT. Allah akan membimbing penglihatannya tatkala dirinya melihat; Allah akan membimbing pendengarannya, manakala ia mendengarkan. Sebaliknya, betapa menyakitkan bila kita merasa mencintai dan dicintai oleh Allah, akan tetapi cinta kita hanya bertepuk sebelah tangan.

Kita merasa mendapatkan kecintaan Allah, akan tetapi sebenarnya kita tidak pernah mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Betapa banyak orang sibuk mengerjakan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada diantara manusia yang menyendiri di tengah hutan, jarang makan-minum, bahkan mandi; menjauhi anak-isterinya dan sanak keluarganya. Ia beranggapan bahwa dengan cara ini ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Kita juga menyaksikan ada diantara manusia yang melakukan ritual-ritual tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada yang berpuasa tiga hari tiga malam tanpa putus-putus; bahkan ada yang sampai 40 hari 40 malam. Ada pula yang sibuk membaca kalimat-kalimat dzikir, mengunjungi kuburan para nabi dan wali, membaca riwayat hidup Rasulullah Saw, dan sebagainya.


Akan tetapi, apakah dengan cara-cara seperti itu mereka akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT? Lalu, bagaimana cara kita meraih dan menggapai kecintaan dari Allah SWT; agar cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan dan tidak hanya sebatas merasa mencintai Allah SWT, namun Allah sama sekali tidak mencintai kita.

Allah SWT telah memberikan petunjuk yang sangat jelas, bagaimana cara mendapatkan kecintaanNya. Allah SWT telah berfirman:

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).


Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, “Ayat ini merupakan pembukti, ‘Siapa saja yang mengaku mencintai Allah SWT, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka orang tersebut hanya berdusta saja. Dirinya diakui benar-benar mencintai Allah, tatkala ia mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw, baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau Saw’.” Jika teruji bahwa ia benar-benar mencintai Allah, yakni dengan cara menjalankan seluruh ajaran Muhammad Saw, maka Allah akan balas mencintai orang tersebut. Rasul Saw bersabda:

“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan maka perbuatan itu tertolak.” [Muttafaq ‘alaihi].

Para ahli hikmah telah menyatakan, “Perkara yang hebat bukanlah kamu [merasa] mencintai Allah, akan tetapi, kalian benar-benar dicintai (oleh Allah SWT).”

Imam Hasan al-Bashriy pernah berkata, “Ada suatu kaum merasa bahwa mereka telah mencintai Allah SWT, lalu, Allah SWT menguji mereka dengan firmanNya, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Bukankah agama ini adalah cinta dan benci karena Allah SWT?”

Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan, “Jika kalian mengikuti sunnah Rasulullah Saw, maka kalian akan mendapatkan keberkahan hidup.”

Atas dasar itu, jika kita hidup sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw, maka kita pasti akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, dan kita juga pasti akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dari uraian Imam Ibnu Katsir di atas jelaslah bagi kita, jika seseorang ingin meraih dan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, kita mesti berbuat dan berperilaku sesuai tuntunan Islam. Jika kita berjalan sesuai dengan ajaran yang dibawa Muhammad Saw, tentu kita akan dicintai oleh Allah SWT. Sebaliknya, meskipun kita merasa mencintai dan dicintai Allah SWT, kita tidak akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, selama tidak berjalan sesuai dengan ajaran Muhammad Saw.

Atas dasar itu, kita tidak boleh membuat tatacara atau ritual tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran ataupun ritual apapun yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw tidak mungkin mengantarkan kita untuk meraih cinta Allah SWT. Hanya dengan menjalankan ajaran Islam secara konsisten dan konsekuen. Kita akan mendapat kecintaan dari Allah SWT.

Jelaslah kini, hanya ada satu cara untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT; yaitu, selalu menjaga keimanan dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw. Seorang yang mencintai Allah SWT akan berusaha dengan segenap tenaga untuk menerapkan aturan-aturan Allah SWT, baik yang berhubungan dengan masalah ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Sayangnya, saat ini kita tidak mampu lagi menerapkan aturan-aturan Allah SWT dikarenakan tidak ada institusi yang menjaminnya. Penerapan syari’at Islam dalam bingkai negara masih jauh di atas kenyataan. Padahal, penerapan syariat Islam secara utuh dan menyeluruh merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah, sekaligus jalan pembuka untuk meraih cinta Allah. Bagaimana kita bisa merasa dicintai Allah SWT sementara itu kita mencampakkan aturan-aturannya dan menerapkan pranata-pranata kufur? Pastinya, bukan kecintaan yang kita dapat, akan tetapi laknat dan kebencian yang akan kita sandang. Na’udzu billahi min dzaalik.

Ya Rabb... kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.
Read More...

KEMATIAN DAN TOBAT

Kematian nggak pernah diketahui datangnya. Setiap orang pasti mati. Tapi semua orang tak pernah tahu kapan kematian menjemputnya. Itu sebabnya, kita kudu siap-siap sebelum datang hari di mana kita harus sudah pergi meninggalkan segala nikmat dunia. Kalo kita perhatiin, ada yang sebelum mati sempat ninggalin pesan tertentu kepada keluarganya. Tapi banyak juga yang pergi ninggalin dunia tanpa pesan.

Banyak orang juga yang insya Allah saat ajal mendekat ia masih bisa beramal shalih. Khusnul khatimah alias baik di akhir hidupnya. Namun nggak sedikit yang saat ajal mendekatinya dan benar-benar menjemputnya ia sedang berbuat maksiat. Su’ul khatimah alias buruk di akhir hayatnya Naudzubillahi min dzalik.

Bro en Sis, ajal setiap orang udah ditetapkan waktunya. Udah dijatah sama Allah Swt. batas waktu ‘beredar’ setiap orang di dunia. Jangan lupa juga bahwa hidup kita dunia ini akan diuji, siapa yang terbaik amalnya. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maha Suci Allah Yang di tanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)
Yup, ada ganjaran berupa pahala yang akan diberikan oleh Allah Swt untuk setiap ibadah yang kita lakukan. Begitu pula, Allah Swt. akan memberikan siksa bagi manusia manapun yang telah berbuat dosa dalam kehidupannya (atau bahkan selama hidupnya). Tentu itu adil dong ya. Mereka yang beriman dapat pahala, dan siapa saja yang berbuat maksiat diberikan siksa karena dosa-dosanya. So, emang nggak akan lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Waspadalah!

Terus, gimana kalo kita kadang berbuat maksiat? Ya, Allah Swt. udah ngasih jalan, yakni dengan cara bertobat alias minta ampunan. Setelah bertobat tentu harus ninggalin maksiat yang telah atau biasa dilakukannya sebagai wujud tobat yang sebenarnya-benarnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” [QS at-Tahriim [66]: 8]

Kita semua pernah berbuat dosa

Sobat muda muslim, siapa pun orangnya, pasti ia pernah melakukan dosa, kecuali Rasulullah saw. tentunya, karena memang beliau ma’shum (terbebas dari dosa dan kesalahan) dalam penyampaian risalah Allah ini. Itu sebabnya, saya waktu ngaji dulu, ustadz saya sering mengatakan bahwa, “Orang yang bertakwa bukanlah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Tapi orang yang bertakwa adalah ketika berbuat dosa, kemudian menyadari dan segera memohon ampunan kepada Allah Swt.”

Rupanya ungkapan ustadz saya itu melumerkan kengototan saya waktu itu, yang menilai bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Pernyataan ustadz saya ini juga semakin menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa meski kita tak boleh salah dalam hidup ini, bukan berarti kita akan lolos dari kesalahan. Karena yang terpenting adalah menyadari kesalahan tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi sambil mohon ampunan kepada Allah Swt.

Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah saw.: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan muttaqin kecuali jika dia telah meninggalkan perkara-perkara mubah lantaran khawatir terjerumus ke dalam dosa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Boys and gals, menurut hadis ini, yang mubah saja bila perlu dihindari karena khawatir terjerumus dalam dosa, apalagi yang sudah jelas haram. Iya nggak sih? Oya, dalam keterangan lain, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dan membentengi diri. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa muttaqin adalah orang-orang yang berhati-hati dan menjauhi syirik serta taat kepada Allah. Sedangkan Imam Hasan Bashri mengatakan bahwa bertakwa berarti takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah Swt. dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah Swt.. Berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan Ibnu Mu’tazz melukiskan sikap yang mesti ditempuh seorang muslim agar mencapai derajat muttaqin dengan kata-kata sebagai berikut: “Tinggalkan semua dosa kecil maupun besar. Itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada. Jangan meremehkan dosa kecil. Ingatlah, gunung yang besar pun tersusun dari batu-batu kecil”.

Nah, kebayang banget kan kalo semasa hidupnya ada orang yang selalu maksiat. Duh, gimana tuh dosanya. Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang ketika hidupnya selalu melecehkan kaum muslimin, menghina ajaran Islam, dan malah lebih memilih bersahabat dengan musuh-musuh Islam. Ih, dosanya pasti berlipat-lipat. Apalagi pas ajalnya datang nggak bertobat. Naudzubillahi min dzalik.

Memang sih urusan dosa Allah Swt. yang akan menghisabnya. Tapi kan kita juga diajarkan oleh Rasulullah saw. untuk menilai seseorang dalam berperilaku. Bahwa yang kita nilai itu adalah yang tampak dan sudah jelas dilakukan seseorang (“nahnu nahkumu bidzdzawaahir”, begitu kata Nabi saw.). Misalnya, ada orang yang ngomong bahwa demokrasi itu sistem yang lebih baik dari Islam (sambil dengan bangga menentang upaya perjuangan orang-orang yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyyah), dia juga ngoceh bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme lebih hebat ketimbang Islam, selain itu dia terang-terangan melecehkan kaum muslimin. Nah, untuk orang yang kayak gini tentu saja kita bisa menilai nih orang udah bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu, berdosa dong ya.

Read More...

PENGERTIAN ISLAM

Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ yang berarti damai. Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8 : 61)

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman :

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 49 : 9)

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. 22 : 39)

2. Berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti menyerah. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun: penyerahan total kepada Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208)

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ yang berarti bersih dan suci. Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89): “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Dalam ayat lain Allah mengatakan “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. 37: 84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. 5 : 6)

5. Berasal dari ‘salam’ yang berarti selamat dan sejahtera. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku". (QS. 19 : 47)

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi Mengenai hal ini, Allah berfirman “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 : 3-4)

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) Membenarkan hal ini, firman Allah SWT Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." (QS. 3 : 84)

3. Sebagai pedoman hidup. Allah berfirman (QS. 45 : 20) Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. 6 : 153)

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (QS. 16 : 97)

Read More...

Koran atau AL-QUR'AN

Terlalu banyak orang gax bisa membedakan antara baca koran dengan baca al-qur'an, untuk timbul sebuah pertanyaan yang mendasar. Apa sih bedanya kita baca koran dan kita baca al qur’an, ternyata banyak sekali bedanya. akan tetapi apakah kita selama ini tau perbedaan tersebut, atau kita gak mau tau?.

kalo baca koran insya allah bagi yang berlangganan koran atau sering beli koran setiap hari atau setiap waktu pasti dibacanya koran tersebut. bahkan orang yang gak pernah beli koran mencoba atau berusaha untuk membaca informasi yang terkandung

didalam koran, baik itu berita, iklan, gambar atau cuma sekedar humor (komiknya) dengan cara meminjam, atau ketika menemukan serpihan korang atau koran bekas yang dengan mudah kita temukan. bahkan koran bekas bungkus kacang pun kadang masih dibaca lagi. hampir semua orang tertarik dengan koran. tetapi koran itu hanya berisikan informasi, berita, teknologi, atau humor. hanya sekedar selingan kebutuhan hidup. setelah kita baca kemudian kita lupakan, setelah kita baca gak akan ada yang terjadi dalam diri kita. kecuali kita termakan sama informasi tersebut yang akan merubah pola dan gaya hidup kita. jika koran tersebut datang harian, berarti setiap pagi kita tidak ingin ketinggalan berita, kita rajin menungguin koran tsb. diantar. bila koran datang mingguan, sudah mulai sehari sebelumnya koran tersebut udah dinanti-nanti. bagi sebagian orang, koran tersebut merupakan candu, rasanya belum komplit hidup ini bila belum baca koran.

membaca al qur’an
membaca qur’an jangan disamakan dengan membaca koran, quran telah diterjemahkan dalam banyak pertemuan bahwa qur’an itu adalah undang undangnya orang islam, syariat islam itu ada dalam qur’an. jadi kita membaca qur’an itu bukan hanya membaca, bukan hanya dipelototin atau dilagukan, tetapi juga harus dilaksanakan. namanya juga undang undang, kalo tidak dilaksanakan atau diterapkan dalam kehidupan itu sama saja kita dengan membaca koran. kalo namanya undang undang dibaca tetapi tidak dilaksanakan, sama saja kita membeli sebotol air minum, kita baca tulisan yang terdapat dalam label botol, kita baca seribu kalipun kita akan tetap haus, (baca) “air asli pegunungan, bersih, segar, dan menyehatkan. cocok diminum setalah beraktivitas” baca seribu kali diulang ulang tidak akan ada pengaruhnya, tetap haus. baru setelah kita buka tutup botol, kita minum, baru hilang hausnya, jadi ya harus dilaksanakan, diterapkan. jadi baca qur’an jangan seperti baca koran….tetapi sejauh pengamatan saya belum pernah saya menemui orang yang ketagihan membaca qur’an. menunggu nunggu waktu untuk membaca alqur’an. kebanyakan kita hanya membaca qur’an hanya ketika susah. dan menganggap bahwa qur’an itu sebabagi tuhan… subhanallah..

masih mencari pahalanya baca qur’an????
jangan seperti anak kecil, (baca) kalo kita membaca 1 juz kita akan masuk surga, kalo kita apal 5 juz, kita disurga bersama orang tua kita. dll. padahal pahala itu akan kita rasakan bila setelah kita membaca al qur’an, kemudian kita terapkan dalam kehidupan. setelah kita tau undang undangnya, kita patuhi dan kita laksanakan. itulah yang menghasilkan pahala….,pahala dari perbuatan kita, bukan pahala dari membaca.
bagaimana bila undang undang dasar negara kita tidak kita laksanakan. tentu negara ini akan amburadul….
karena semua berusaha hanya membaca, tidak dilaksanakan.

menghapal ayat suci alqur’an itu wajib, karena itu merupakan undang undang, merupakan panduan, tuntunan hidup kita, untuk menyelamatkan kita didunia dan di akhirat.

Read More...

SIAPAKAH DIA, TAMU TAK DIUNDANG

Betapa seringnya malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam masa 24 jam sebanyak 70 kali.. Andai kata manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lalai mengingati mati. Tetapi oleh kerana malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikat Izrail atas Kuasa Allah.

Justru itu, tidak heranlah, jika banyak sekali manusia yang masih mampu bersenang-lenang dan bergelak-tawa, seolah-olah dia tidak ada masalah yang perlu difikirkan dan direnungkan dalam hidupnya.

Walaupun dia adalah seorang yang miskin amal kebajikan serta tidak memiliki secuil bekal amalan untuk akhiratnya, dan sebaliknya banyak pula melakukan dosa.

Sebuah hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya :

“Bahwa malaikat maut meperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang gelak-ketawa. Maka berkata Izrail : Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berhura-hura dan bergelak-tawa.”

Manusia tidak akan sadar bahwa dirinya senantiasa diperhatikan oleh malaikat maut, kecuali orang-orang soleh yang sentiasa mengingati mati. Golongan ini tidak lalai dan senantiasa sadar terhadap kehadiran malaikat maut, karena mereka senantiasa meneliti hadis-hadis Nabi s.a.w yang menjelaskan mengenai perkara-perkara ghaib, terutama mengenai hal ihwal mati dan hubungannya dengan malaikat maut.

Meski pun mata manusia hanya mampu melihat benda yang nyata, tidak mungkin dapat melihat kehadiran malaikat maut itu. Namun pandangan mata hati mampu melihat alam ghaib, yaitu memandang dengan keyakinan iman dan ilmu.

Sebenarnya manusia itu sadar bahwa setiap makhluk yang hidup pasti akan mati, tetapi manusia menilai kematian dengan berbagai tanggapan. Ada yang menganggap kematian itu adalah suatu ketentuan biasa sebagai pendapat golongan athies, dan tidak kurang pula yang mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang zahir saja. Dia mengambil logika, bahwa banyak kematian disebabkan oleh suatu tragedi, seperti diakibatkan oleh peperangan, bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, kebakaran dan juga kecelakaan diudara, laut dan daratan termasuk kemalangan jalan raya.

Selain itu, mereka juga melihat kematian disebabkan oleh serangan penyakit yang berbahaya seperti penyakit kanker, sakit jantung, AIDS, demam berdarah, dan sebagainya. Disebabkan manusia melihat kematian hanya dari sudut sebab musabab yang lumrah, maka manusia sering mengaitkan kematian itu dengan kejadian-kejadian yang tersebut di atas. Jika berlaku kematian dikalangan mereka, lantas mereka bertanya, ” sebab apa si fulan itu mati, sakitkah atau kemalangankah?”.

Tidak ramai manusia yang mengaitkan kematian itu dengan kehadiran malaikat maut yang datang tepat pada saat ajal seseorang sudah sampai, sedangkan malaikat maut senantiasa berada di sekeliling manusia, mengenal-pasti memerhatikan orang-orang yang hayatnya sudah tamat.

Sesungguhnya malaikat maut menjalankan perintah Allah SWT dengan tepat dan sempurna, dia tidak diutus hanya untuk mencabut roh orang sakit saja, ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan malapetaka. Jika Allah SWT menetapkan kematian seseorang ketika tertimpa kemalangan, atau ketika diserang sakit keras, maka Izrail mencabut roh orang itu ketika kejadian tersebut.

Namun ajal tidak mengenal orang yang sehat, ataupun orang-orang kaya yang sedang hidup mewah dibuai kesenangan. Malaikat maut datang tepat pada waktunya tanpa mengira orang itu sedang ketawa riang atau mengerang kesakitan. Bila ajal mereka sudah tiba, maka kematiannya tidak akan tertangguh walau hanya sesaat.

Walau bagaimana pun, ada kalanya Allah SWT jadikan berbagai sebab bagi satu kematian, yang demikian itu ada hikmah disebaliknya. Misalnya sakit keras yang ditanggung berbulan-bulan oleh seseorang, ia akan menjadi rahmat bagi orang yang beriman dan sabar, kerana Allah Taala memberi peluang dan menyadarkan manusia agar dia mengingati mati, untuk itu dia akan menggunakan masa atau usia yang ada untuk berbuat sesuatu, membetulkan dan bertaubat dari dosa dan kehilapan serta memperbaiki amalan, serta menambah bekal amalan untuk akhirat, jangan sampai menjadi orang merugi di akhirat kelak.

Begitu juga orang yang mati mendandak disebabkan kemalangan, ia akan menjadi pengajaran dan memberi peringatan kepada orang-orang yang masih hidup supaya mereka senantiasa berwaspada dan tidak lalai dari berusaha memperbaiki diri, menambah amal kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan. Karena sekiranya ajal datang secara tiba-tiba pasti akan membawa penyesalan yang tidak berguna.

Di kalangan orang solihin menganggap bahwa sakit yang ditimpakan kepada dirinya adalah sebagai tanda bahwa Allah SWT masih menyayanginya. Karena betapa malangnya bagi pandangan meraka, jika Allah SWT mengambil roh dengan tiba-tiba, tanpa peringatan terlebih dahulu. Seolah-olah Allah SWT sedang murka terhadap dirinya, sebab itulah Allah SWT memberi peringatan terlebih dahulu kepadanya.

Selain itu, Allah Taala menjadikan sebab-sebab kematian itu bagi memenuhi janji-Nya kepada malaikat maut, sebagaimana diriwayatkan oleh Saidina Abbas r.a dalam sebuah hadis Nabi yang panjang. Antara lain menjelaskan bahwa Izrail merasa sedih apabila dibebankan dengan tugas mencabut roh makhluk-makhluk bernyawa kerana di antara makhluk bernyawa itu termasuk manusia yang terdiri dari kekasih-kekasih Allah SWT yaitu para Rasul, nabi-nabi, wali-wali dan orang-orang solihin.

Selain itu juga, malaikat maut mengadu kepada Allah betapa dirinya tidak disenangi oleh keturunan Adam a.s, dia mungkin dicemooh kerana dia ditugaskan mencabut roh manusia, yang menyebabkan orang akan berdukacita, kerana kehilangan sanak-saudara dan orang-orang yang tersayang di kalangan mereka.

Diriwayatkan bahwa Allah SWT berjanji akan menjadikan berbagai macam sebab kepada kematian yang akan dilalui oleh keturunan Adam a.s sehingga keturunan Adam itu akan memikirkan dan mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang dialami oleh mereka. Apabila terjadinya kematian, mereka akan berkata bahawa si fulan itu mati karena mengidap sakit, ataupun karena mendapat kemalangan, mereka akan lupa mengaitkan malaikat maut dengan kematian yang terjadi itu.

Ketika itu, Izrail tidak perlu bersedih kerana manusia tidak mengaitkan kematian tersebut dengan kehadiran malaikat maut, yang memang diutus oleh Allah SWT pada saat malapetaka atau sakit keras seseorang itu bertepatan dengan ajal mereka yang memangnya telah tiba.

Namun pada hakikatnya bahwa ajal itu adalah ketetapan Allah, yang telah termaktub, semuanya telah nyata di dalam takdir Allah, bahwa kematian pasti tiba pada saat yang ditetapkan. Izrail hanyalah tentara-tentara Allah yang menjalankan tugas seperti yang diamanahkan kepadanya.

Walau bagaimana pun adalah menjadi hak Allah Taala untuk menentukan kematian, sebagai mana yang dinyatakan pada awal tulisan ini bahwa ada kalanya malaikat maut hendak mencabut roh seseorang, tetapi manusia yang dikunjungi malaikat maut sedang dalam keadaan bergelak-tawa, hingga malaikat maut merasa heran terhadap manusia itu. Ini membuktikan bahawa kematian itu tidak pernah mengenal kondisi seseorang yang sedang sakit atau pun ketika sehat dan segar-bugar.

Firman Allah Taala yang bermaksud :

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) mempercepatnya.” (Surah Al-A’raf ayat 34)

Ya Rabb kami…….
Engkau tidak pernah jauh, kami yang jauh dari-Mu.Engkau tidak lupa dgn kami, kamilah yang lupa dgn-Mu, dan Engkau tidak tidur untuk memikirkan mahkluk-Mu,kamilah yg tertidur lama sehingga kami lupa kpd-Mu ya Rabb.


Ya Rabb kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.

Read More...

KEBIADABAN ZIONIS ISRAEL. DI MANAKAH KITA???

Tampak jelas dihadapan kita masalah demi masalah yang sedang menimpah umat muslim saat ini.Mulai dari ekonomi,budaya,sampai kehormatan umat muslim saat ini pun telah di injak-injak oleh orang-orang kafir.
Lihatlah di palestina,irak,afghanistan,serta di berbagai negeri-negeri muslim lainnya yang telah menjadi korban kekafiran kaum zionis.
Banyak orang-orang yang berbondong-bondong melakukan aksi penolakan terhadap peristiwa ini dengan cara yang bermacam-macam

.Mereka sangat antusias melakukan penolakan atas peristiwa yang menimpah negeri-negeri muslim.
Namun sayangnya itu semua tak begitu berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini.Yang ada kaum zionis (kafir) makin gencar-gencarnya melakukan penyerangan kepada negeri-negeri islam tersebut melalui bala tentaranya.

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?Apa kita harus diam saja dengan perlakuan mereka terhadap saudara-saudara kita disana?

Saudaraku sesama muslim….!
Seharusnya Yang harus kita sadari dan kita lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut bukanlah dengan cara tersebut!Memang sebagai umat muslim kita sangat emosi melihat saudara-saudara kita dibunuh,dijajah,dirampas serta dikuasi tanah kelahirannya.

Sebenarnya yang harus kita lakukan mulai saat ini adalah bermuasabah dengan apa yang telah terjadi belakangan ini yang telah menimpah umat muslim saat ini.Kita intropeksi diri dengan semua yang telah terjadi.

Penyebab utama mereka menjajah negeri-negeri muslim adalah karena memang mereka tak pernah senang dengan umat muslim sampai akhir zaman.
Allah berfirman :”Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran)” (Al Baqaraah : 217)

Masalah Yang Harus Di Pertimbangkan dengan serius.

Pada saat ini nampak jelas bahwa umat islam di dunia mengalami berbagai bencana yang tak kunjung usai. Berbagai fitnah dan celaan diluncurkan kepada umat muslim saat ini.
Saudaraku sesama muslim…….!
Dalam tulisan ini bukannya disini saya mau menyindir atau mengecap anda semua,saya hanya ingin mengajak kita semua yang notabene beragam islam untuk sejenak merenungkan apa yang sebenarnya sedang kita alami saat ini sehingga begitu banyak bencana yang kita hadapi saat ini.
Mengapa kita semua tidak memperoleh rahmat Allah?Mengapa kita menjadi korban bencana dari segala penjuru?mengapa mereka yang kita sebut orang kafir dimana-mana menguasai umat islam?Dan mengapa kita yang menamakan diri sebagai hamba Allah,diperbudak oleh mereka orang-orang kafir?
Semakin saya berfikir sebab dari persoalan ini, semakin saya merasa yakin bahwa satu-satunya perbedaan antara kita dengan mereka orang-orang kafir sekarang ini hanyalah perbedaan nama saja, sedangkan kita sama lupanya kepada Allah dengan mereka orang-orang kafir.
Tentu saja ada perbedaan antara kita dengan mereka, tetapi perbedaan ini sangat sedikit dan kecil tidak berarti apa-apa. Justru karena perbedaan itu kita patut mendapatkan hukuman dari Allah SWT, karena kita tahu bahwa al-Qur’an adalah kitab Allah tapi kita memperlakukannya sama seperti perlakuan orang-orang kafir yang mengingkarinya. Kita tahu bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah, Tetapi kita seperti halnya orang-orang kafir, takut untuk mengikuti petunjuk yang di contohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Kita tahu bahwa Allah mengutuk para pembohong dan telah menyatakan dengan tegas bahwa tempat tinggal orang-orang yang menyuap dan yang menerima suap adalah neraka.Dia telah menyatakan bahwa orang yang mengambil dan pemberi riba adalah penjahat-penjahat yang keji.Dia telah mangatakan bahwa membicarakan orang lain sama seperti halnya ia memakan bangkai saudaranya sendiri yang telah mati. Dia telah memperingati bahwa kata-kata dan perbuatan-perbuatan yang kotor, kemesuman dan perbuatan-perbuatan yang cabul akan di hukum dengan hukuman yang pedih. Tetapi walaupun kita mengerti itu semua, namun kita masih melakukannya dengan bebas sama seperti halnya orang-orang kafir, seolah-olah kita tidak takut sama sekali sama Allah. Inilah sebabnya mengapa kita tidak memperoleh rahmat, karena kita tampaknya saja sebagai orang muslim, namun sebenarnya kelakuan kita sama halnya dengan orang-orang kafir. Kenyataan bahwa orang-orang kafir menguasai kita, dan kehinaan kita di tangan mereka pada setiap peristiwa, adalah bentuk hukuman atas kejahatan yang telah kita lakukan karena tidak menghargai bentuk nikmat karunia islam yang telah dilimpahkan kepada kita.

Saudaraku…!
Apa yang ditulisankan diatas bukanlah semata-mata untuk menyalahkan saudara semua akan tetapi untuk mengingatkan dan mengajak kepada saudara untuk memeperoleh kembali apa yang telah hilang dari tangan kita. Keinginan untuk merebut kembali harta yang hilang dari tangan kita itu sendiri akan muncul bila kita menyadari apa yang telah hilang dari tangan kita dan betapa bernilainya harta yang hilang itu. Karena itulah mari kita semua untuk segera merebut kembali itu semua, ibarat anda dulu memepunyai harta yang tak ternilai harganya, yang kemudian hilang dari tangan anda, maka anda pasti akan berfikir untuk memperoleh kembali harta itu karena sangat berharga sekali dalam hidup anda.

Semoga dengan sepatah kata yang sangat singkat ini kita semua dapat membangun mental kita,membangun samangat kita untuk semakin bertaqwa kepada-Nya,agar bisa meraih lagi masa dimana kita berdiri lagi diatas,masa dimana hukum-hukum Allah dipakai,masa dimana kemenangan islam bukan lagi angan.

Ya Rabb kami…….
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”(As Sajdah : 7-9)

Engkau tidak pernah jauh, kami yang jauh dari-Mu.Engkau tidak lupa dgn kami, kamilah yang lupa dgn-Mu, dan Engkau tidak tidur untuk memikirkan mahkluk-Mu,kamilah yg tertidur lama sehingga kami lupa kpd-Mu ya Rabb.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(Ath Thalaaq : 2-3)

” Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Al Baqarah : 2)

” Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”(At-Takaatsur : 1)

Ya Rabb kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.

Read More...

dlm perjalanan hidup manusia terkadang perlu utk kembali menengok ke sejarah masa lampau masa-masa sebelum datang cahaya Islam. Sebuah masa yg penuh dgn perilaku kejahilan dan semangat hawa nafsu di mana di dlm terdapat tatanan kehidupan yg didasarkan hanya pada pandangan baik akal dan “kesepakatan” orang banyak. Bukan tatanan kehidupan yg dibimbing oleh wahyu dari Dzat Yang Maha Benar.


Kita perlu menengok kepada kehidupan di masa jahiliyyah itu krn realita kehidupan kita di masa ini ternyata banyak memiliki kesamaan dgn realita di masa jahiliyyah. Padahal dgn diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg membawa cahaya Islam berbagai konsep kemasyarakatan ala masyarakat jahiliyyah itu semesti terhapuskan krn bertentangan dgn nilai-nilai Islam. Dengan demikian menggali kembali hakikat alam kehidupan jahiliyyah bukan suatu keterbelakangan dan kejumudan berfikir namun merupakan langkah utk lbh maju ke depan.
Merupakan suatu keterbelakangan bila kita tdk mau mempelajari berbagai praktek kehidupan jahiliyyah sehingga disadari atau tdk kita telah terjatuh kepada perilaku kehidupan jahiliyyah itu. Tanpa sadar kita telah menjadi pendukung utk menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka. Telah digambarkan oleh banyak sastrawan bagaimana kejahatan dan kebiadaban ala hewan dlm alam jahiliyyah. Yang kuat berkuasa dan yg lemah diinjak-injak bahkan menjadi budak.
Penggambaran dgn bahasa yg indah tentang kehidupan jahiliyyah sesungguh tdk mewakili pengupasan akar kejahatan tersebut lebih-lebih jika ingin mencabutnya. Cikal bakal kehidupan jahiliyyah memunculkan segala wujud kejahatan berupa kerusakan dlm bentuk pemerkosaan hati tiap insan dgn perbuatan kedzaliman yg terbesar yaitu “Kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Penghambaan yg keluar dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala penghambaan yg diiringi dgn penghinaan diri kepada sesuatu yg lbh rendah darinya. Penghambaan kepada batu kuburan pohon tempat-tempat keramat dan sebagai merupakan pembunuhan terhadap fitrah yg suci di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan tiap hamba dengannya. Juga merupakan perusakan terhadap akal manusia yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan dan membedakan dgn makhluk-makhluk lain. Penjajahan terhadap kemerdekaan tiap insan utk bisa langsung berhubungan dgn Rabb- dan perbudakan diri yg tdk pada tempatnya. Inilah kejahatan yg hakiki.
Menelaah kembali prinsip-prinsip hidup jahiliyyah bukan berarti ingin mengembang-biakkan namun semata-mata utk membentengi diri dan memperingatkan umat utk tdk terjatuh padanya.
Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu menyatakan:
“orang2 berta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan aku berta kepada tentang kejahatan khawatir menimpa diriku.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguh ikatan Islam akan putus seikat demi seikat apabila muncul di dunia Islam orang2 yg tdk mengetahui jahiliyyah.”
Seorang penyair mengatakan:
Aku mengetahui kejahatan bukan utk melakukannya
melainkan utk menjaga diri darinya
Barangsiapa yg tdk mengenal kebaikan
dari kejahatan
Khawatir dia terjatuh padanya
Semoga dgn menelaah prinsip-prinsip hidup yg rusak itu kita bisa mewanti-wanti diri anak dan generasi muslimin darinya1.
Di antara sekian praktek hidup jahiliyyah adl mengagungkan kuburan.

Hakekat Kematian
Kematian merupakan suatu kepastian yg telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada tiap yg bernyawa. Ketentuan yg tdk bisa dimajukan dan dimundurkan yaitu berpisah ruh dari jasad. Perpisahan ini menggambarkan sesuatu yg tdk bisa berbicara lagi berpikir bergerak melihat mendengar sebagaimana tabiat kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tiap-tiap yg bernyawa akan merasakan mati dan sesungguh pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dlm surga sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tdk lain hanyalah kesenangan yg memperdayakan.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan tentang sesuatu yg akan menimpa seluruh makhluk bahwa tiap yg bernyawa akan mengalami kematian seperti firman Allah: “Sesuatu yg ada di bumi itu akan binasa dan tetap kekal Wajah Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan” . Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yg Esa dan tdk akan mengalami kematian manusia dan jin yg akan mengalami kematian demikian juga seluruh malaikat dan para pemikul ‘Arsy Allah.”
Manusia telah bersepakat bahwa bila ruh berpisah dgn jasad mk jasad tersebut tdk bisa bergerak berbicara mendengar bekerja berdiri dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Namun kerusakan aqidah mereka menyebabkan terbalik keyakinan tersebut. Sehingga mereka meyakini bahwa orang mati itu bisa muncul lagi ke dunia bisa berbuat sesuatu di luar perbuatan orang yg hidup mendatangi keluarga lalu menyapa mereka muncul di atas kubur menarik kaki orang2 yg berjalan di atas dan sebagainya. Ini semua adl cerita-cerita khurafat yg didalangi oleh Iblis dan tentara-tentara utk merusak aqidah orang2 Islam.
Bisakah si mayit mendengar dan berbuat sesuatu sehingga kita bisa menjadikan dia sebagai perantara dgn Allah atau kita bisa meminta sesuatu kepadanya?
Bisakah si mayit membantu orang yg mengalami malapetaka dan kesulitan hidup?
Tentu tiap orang akan menjawab bahwa mayit tdk akan sanggup melakukan yg demikian. Namun keyakinan banyak manusia sekarang justru sebaliknya. Begitulah bila kuburan telah diagungkan dan

Read More...




Kita perlu menengok kepada kehidupan di masa jahiliyyah itu krn realita kehidupan kita di masa ini ternyata banyak memiliki kesamaan dgn realita di masa jahiliyyah. Padahal dgn diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg membawa cahaya Islam berbagai konsep kemasyarakatan ala masyarakat jahiliyyah itu semesti terhapuskan krn bertentangan dgn nilai-nilai Islam. Dengan demikian menggali kembali hakikat alam kehidupan jahiliyyah bukan suatu keterbelakangan dan kejumudan berfikir namun merupakan langkah utk lbh maju ke depan.
Merupakan suatu keterbelakangan bila kita tdk mau mempelajari berbagai praktek kehidupan jahiliyyah sehingga disadari atau tdk kita telah terjatuh kepada perilaku kehidupan jahiliyyah itu. Tanpa sadar kita telah menjadi pendukung utk menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka. Telah digambarkan oleh banyak sastrawan bagaimana kejahatan dan kebiadaban ala hewan dlm alam jahiliyyah. Yang kuat berkuasa dan yg lemah diinjak-injak bahkan menjadi budak.
Penggambaran dgn bahasa yg indah tentang kehidupan jahiliyyah sesungguh tdk mewakili pengupasan akar kejahatan tersebut lebih-lebih jika ingin mencabutnya. Cikal bakal kehidupan jahiliyyah memunculkan segala wujud kejahatan berupa kerusakan dlm bentuk pemerkosaan hati tiap insan dgn perbuatan kedzaliman yg terbesar yaitu “Kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Penghambaan yg keluar dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala penghambaan yg diiringi dgn penghinaan diri kepada sesuatu yg lbh rendah darinya. Penghambaan kepada batu kuburan pohon tempat-tempat keramat dan sebagai merupakan pembunuhan terhadap fitrah yg suci di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan tiap hamba dengannya. Juga merupakan perusakan terhadap akal manusia yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan dan membedakan dgn makhluk-makhluk lain. Penjajahan terhadap kemerdekaan tiap insan utk bisa langsung berhubungan dgn Rabb- dan perbudakan diri yg tdk pada tempatnya. Inilah kejahatan yg hakiki.
Menelaah kembali prinsip-prinsip hidup jahiliyyah bukan berarti ingin mengembang-biakkan namun semata-mata utk membentengi diri dan memperingatkan umat utk tdk terjatuh padanya.
Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu menyatakan:
“orang2 berta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan aku berta kepada tentang kejahatan khawatir menimpa diriku.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguh ikatan Islam akan putus seikat demi seikat apabila muncul di dunia Islam orang2 yg tdk mengetahui jahiliyyah.”
Seorang penyair mengatakan:
Aku mengetahui kejahatan bukan utk melakukannya
melainkan utk menjaga diri darinya
Barangsiapa yg tdk mengenal kebaikan
dari kejahatan
Khawatir dia terjatuh padanya
Semoga dgn menelaah prinsip-prinsip hidup yg rusak itu kita bisa mewanti-wanti diri anak dan generasi muslimin darinya1.
Di antara sekian praktek hidup jahiliyyah adl mengagungkan kuburan.

Hakekat Kematian
Kematian merupakan suatu kepastian yg telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada tiap yg bernyawa. Ketentuan yg tdk bisa dimajukan dan dimundurkan yaitu berpisah ruh dari jasad. Perpisahan ini menggambarkan sesuatu yg tdk bisa berbicara lagi berpikir bergerak melihat mendengar sebagaimana tabiat kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tiap-tiap yg bernyawa akan merasakan mati dan sesungguh pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dlm surga sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tdk lain hanyalah kesenangan yg memperdayakan.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan tentang sesuatu yg akan menimpa seluruh makhluk bahwa tiap yg bernyawa akan mengalami kematian seperti firman Allah: “Sesuatu yg ada di bumi itu akan binasa dan tetap kekal Wajah Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan” . Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yg Esa dan tdk akan mengalami kematian manusia dan jin yg akan mengalami kematian demikian juga seluruh malaikat dan para pemikul ‘Arsy Allah.”
Manusia telah bersepakat bahwa bila ruh berpisah dgn jasad mk jasad tersebut tdk bisa bergerak berbicara mendengar bekerja berdiri dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Namun kerusakan aqidah mereka menyebabkan terbalik keyakinan tersebut. Sehingga mereka meyakini bahwa orang mati itu bisa muncul lagi ke dunia bisa berbuat sesuatu di luar perbuatan orang yg hidup mendatangi keluarga lalu menyapa mereka muncul di atas kubur menarik kaki orang2 yg berjalan di atas dan sebagainya. Ini semua adl cerita-cerita khurafat yg didalangi oleh Iblis dan tentara-tentara utk merusak aqidah orang2 Islam.
Bisakah si mayit mendengar dan berbuat sesuatu sehingga kita bisa menjadikan dia sebagai perantara dgn Allah atau kita bisa meminta sesuatu kepadanya?
Bisakah si mayit membantu orang yg mengalami malapetaka dan kesulitan hidup?
Tentu tiap orang akan menjawab bahwa mayit tdk akan sanggup melakukan yg demikian. Namun keyakinan banyak manusia sekarang justru sebaliknya. Begitulah bila kuburan telah diagungkan dan
Read More...

KEHIDUPAN OH KEHIDUPAN

Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.

Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga

mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Hadiid: 20)

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 14-15)

Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai konotasi “tempat yang sempit, gaduh dan kotor. Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.

“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ( al-Mu'minuun: 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (al-Baqarah: 86)

“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus: 7-8)

Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (an-Naazi'aat: 37-39)

Read More...

ANAK ADALAH AMANAH

Anak adalah anugerah Allah SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan garis keturunan. Anak juga merupakan amanah, titipan harta yang paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk hati. Dalam persoalan ini, kita harus meneladani sikap Nabi Zakaria AS dan Nabi Ibrahim AS. Kedua Nabi ini senantiasa berdoa kepada Allah Maha Pencipta. “Ya Rabbana, anugerahkanlah kepada kami, pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati kami. Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74).



Anak adalah anugerah Allah SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan garis keturunan. Anak juga merupakan amanah, titipan harta yang paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk hati. Dalam persoalan ini, kita harus meneladani sikap Nabi Zakaria AS dan Nabi Ibrahim AS. Kedua Nabi ini senantiasa berdoa kepada Allah Maha Pencipta. “Ya Rabbana, anugerahkanlah kepada kami, pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati kami. Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74).

Setelah diberi amanah oleh Allah, Nabi Ibrahim di masa tuanya tidak pernah berhenti bersyukur. “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Ismail dan Ishak. Sungguh Tuhanku benar-benar Maha Mendengar doa.” (QS 14:39. Namun, akhir-akhir ini begitu sering kita mendengar, anak justru seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua. Begitu sering kita baca, kedua orang tua begitu teganya membuang bayi yang baru saja dilahirkan. Ada yang gampang saja memukul anak di luar kemampuan anak itu untuk menerimanya. Disulut rokok, diseterika, bahkan terakhir bisa kita baca, dipukul linggis sampai meninggal. Di sisi lain, ada juga orang tua yang menjadikan anak bagai barang rebutan. Naudzubillahi min dzalik! Sudah sedemikian tipiskah rasa sayang orang tua pada anaknya, padahal amanah mendidik dan merawat anak itulah yang pada saatnya harus dipertanggungjawabkan di mahkamah Allah, kelak.

Sebuah hadits Nabi berbunyi,” Seorang lelaki itu pemimpin bagi keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang istri itu pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya itu.” (HR Bukhari-Muslim). Pasalnya, masih menurut hadits Rasulullah,” Setiap anak dilahirkan suci/fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani ataupun majusi.” (HR Bukhari-Muslim).

Dalam soal mendidik anak, Rasulullah Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan. Pada diri Nabi ditemukan sosok pendidik yang menghargai anak. Rasulullah tidak jarang menyuapi anak-anak kecil dengan kurma yang sudah dimamahnya. Penuhnya hati Rasul dengan kasih sayang, membuat Beliau tidak marah ketika dalam shalatnya yang kusyuk punggung Beliau dinaiki cucunya, Hassan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau malah melamakan sujudnya, hingga cucunya itu turun. Usai shalat, kepada jamaah Rasul meminta maaf karena sujudnya agak lama. “Para jamaah, karena cucuku ini aku sujud agak lama. Dia berlari mengejarku dan naik ke punggungku ketika aku sedang salat (sujud). Aku khawatir akan mencelakakannya kalau aku bangun dari sujud.” (HR Ahmad). Subhanallah, apakah saat ini kita masih memiliki kasih sayang seperti itu?

Sikap kasih sayang dan kelembutanlah, sebenarnya, yang memungkinkan anak menjadi dekat. yang memudahkan mereka menerima petuah dan didikan orang tuanya. Orang tua yang miskin kasih sayang akan anaknya, menurut Nabi, akan mengundang murka Allah SWT. Aisyah RA berkata, telah datang seorang badui kepada Nabi. Nabi bertanya,” Apakah kamu suka mencium anakmu?” Dijawab, “Tidak.” Nabi bersabda,” … atau aku kuasakan agar Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu.” (HR Bukhari).

Read More...

ISLAM AGAMA YANG BENAR

Islam itu telah lama muncul di muka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin...
sajak pertama Islam datang hal itu membuat sebuah persaudaraan di antara kaum madina dan kaum arab mekah... persahabatan yang terjalin sangat baik... itu di sebabkan Oleh sistem islam yang sangat mengenal persaudaraan sesama muslim ...

Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya,maka Allah akan memperhatikan kepentingannya.
Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan sesama muslim,maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan dihari kiamat.
Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekannya dihari kiamat.
Muttafaq allaihi



Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu �alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan.
Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.
Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.
Hadits 35 (Kumpulan Hadits Arbain - Imam Nawawi)

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu�alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu�alaihi wasallam, beliau bersabda:
Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Hadits 13 (Kumpulan Hadits Arbain - Imam Nawawi)

Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati) satu sama lain,
dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan).
HR. Ad-Dailami

Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh.
Mashabih Assunnah

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan
tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).
HR. Muslim

Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya.
HR. Bukhari

Dan Banyak lagi ke indaha di dala islam..


Bagaimana dengan Islam jaman sekarang saudaraku !!!!
Kenapa kita terpecah belah saudaraKu !!!
mari kita satukan Islam yang di ridoi Allah Subhanahu Wata'ala !!!
Mari kita satukan barisan !!!

ISLAM hanya satu TIADA kata LIBERAL !!!!

ISLAM hanya satu TIADA pemisahan oleh PARTAI !!!

ISLAM hanya satu TIADA tauhid yang BERBEDA !!!

ISLAM hanya satu TIADA perbadaan RUKUN ISLAM !!!

ISLAM hanya satu TIADA perbadaan RUKUN IMAN !!!



TAPI Hanya ada ISLAM yang SATU Islam yang di ridhoi Allah..


Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
QS. Ali Imran 19


Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
QS. Ali Imran 85




Read More...

SADARLAH HIDUP HANYA SEMENTARA

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,tetaplah atas fitrah Allah yg telah menciptakan menurut fitra itu.Tidak ada perubahan pada Fitra Allah."(Ar Ruum : 30)

Manusia adalah makhluk yg paling sempurna di bandingkan makhluk2 Allah lainnya.Akan tetapi itu semua tidak sesuai dengan realita yg terjadi pada saat ini,bahkan dahulu pula.
Manusia banyak yg menyimpang dari ajaran2 agama,lebih suka mengikuti hawa nafsunya dari pada hati nuraninya (Fitrah).Itu semua karena mereka tidak bisa membentengkan hati mereka dengan iman dan taqwa kepada Allah.Sehingga mereka gampang banget tuk terdorong oleh hawa nafsu (syaitan).




Banyak dianatara mereka yg merasa santai aja menjalankan kehidupannya dengan penuh kesibukan dan kebutaan dunia.Mereka tak menyadari bahwa yg seharusnya kita sibukan adalah akhirat
"kejarlah akhiratmu niscaya dunia akan mengikuti"
Mereka memang berdalil bekerja semata-mata untuk beribadah kpd Allah.Namun iris nyatanya mereka malah menjadikan ibadah untuk kerja bukan kerja untuk ibadah.

Apakah kurang jelas firman Allah sbg brkt:
"Dan tidak ku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada Ku."(Adz-Dzariyaat : 56)

"Qitab al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya petujuk bagi mereka yang bertakwa"(Al-Baqarah : 2)

Kalau kita merasa hamba Allah,merasa umatnya Rasulullah,dan merasa sebagai umat muslim seharusnya kita sadar bahwa cuma Al-qur'an sajalah yang berhak kita ikuti dan kita jalani karena Al-qur'an diturunkan oleh Allah kepada rasulullah untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia.
Skrng apakah kita sudah menjalni,memperlakukan,berhukum,menentukan hidup kita dengan Al-Qur'an?

Kita harus sadar kalau kita adalah milik Allah,semua yang kita miliki skrng dengan jerih payah kita entah itu harta,tahta,jabatan atau semacamnya yang membuat kebanyakan manusia lupa aka RAbbnya adalah kepunyaan Allah belaka.

okelah kalu kita beranggapan kalau itu semua hasil kerja keras kita tak ada satupun yg campur tangan dengan kesuksesan kita.Tapi coba pikr lagi!kita melakukan aktifitas dalam hidup ini bukankah dengan anggota tubuh kita?kita berjalan menggunakan anggota tubuh kita!kita berfikir dengan anggota tubuh kita!kita berbicara dengan anggota tubuh kiita!bukankah semua yg kita kerjakan menggunakan anggota tubuh?tanpa anggota tubuh itu,usaha kita sia2.
Nah Yang jadi pertanyaan adalah siapakah yg menyediakan fasilitas anggota tubuh itu?Siapakah yg merkehendak menciptakan anggota tubuh itu?
APAKAH KITA......?
APAKAH DENGAN KUASA KITA ?
ATAUKAH ADA DZAT LAIN SELAIN-NYA?
Ketahuilah yang menyediakan fasilitas itu semua adalah Allah.
Yang menciptakan itu semua adalah Allah.
yang berkehendak atas itu semua adalah Allah.
Jadi kita ga pantas mengklaim bahwa kesuksesan yg kita capai itu hasil jerih payah kita tanpa ada campur tangan dari DZAT LAIN.

Ketahuilah sebesar apapun usaha kita tapi tetap saja di mata Allah tidak ada apa2nya karena cuma Dialah yg menentukan itu semua.
Cuma dia yg mengatur segala urusan makhluknya.

Read More...

SEHARI SEMALAM DUNIA MUSLIM

Dalam Al Qur’an, Allah langsung menjawab semua pertanyaan yang jawabannya dibutuhkan oleh manusia sepanjang hidupnya. Allah memberikan pemecahan yang sempurna dan paling masuk akal untuk semua masalah yang muncul. Seperti firman Allah pada ayat kedua surat Al Baqarah, " Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." Ayat-ayat lainnya juga menunjukkan bahwa Allah telah menjelaskan segalanya dalam Al Qur’an:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf, 12:111)



… Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An Nahl, 16:89)
Orang yang beriman mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan Al Qur’an dan berjuang untuk melaksanakan dengan hati-hati setiap hari apa yang telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al Qur’an. Dalam segala perbuatannya sejak bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari, dia berniat untuk berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan ajaran Al Qur’an. Allah menunjukkan dalam Al Qur’an bahwa pengabdian seperti ini menjadi ciri utama seluruh kehidupan orang beriman.
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An'am, 6:162)
Tetapi ada orang yang berpikir bahwa agama hanyalah meliputi ritual yang terbatas pada waktu-waktu tertentu—bahwa hidup hanya terdiri atas waktu sholat dan waktu lainnya. Mereka memikirkan Allah dan hidup setelah mati hanya di saat mereka berdoa, berpuasa, bersedekah, atau naik haji ke Mekah. Di waktu lain mereka tenggelam dalam urusan dunia. Hidup di dunia ini bagi mereka adalah perjuangan tanpa arah yang jelas. Orang semacam itu hampir memisahkan diri dari Al Qur’an sepenuhnya dan memiliki tujuan sendiri dalam hidup, pemahaman sendiri mengenai akhlak, pandangan sendiri mengenai dunia dan pedoman nilainya. Mereka tidak mengerti apa arti ajaran Al Qur’an sebenarnya.
Seseorang yang melaksanakan ajaran Al Qur’an dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup tentu akan menjalani hidup yang sangat berbeda dengan orang yang bermental seperti kita sebutkan tadi. Orang ini tidak akan lupa bahwa dia adalah bagian dari takdir yang Allah telah tetapkan atasnya dan akan menjalani hidupnya dengan percaya dan berserah diri pada-Nya. Dengan demikian, dia akan tahu bahwa dia tidak perlu khawatir, sedih, takut, resah, pesimis atau tertekan; atau dikuasi oleh kepanikan pada saat kesulitan menghadang. Dia akan menghadapi semua yang datang kepadanya dengan cara yang Allah tunjukkan dan izinkan. Semua perkataan, keputusan, dan tindakannya menunjukkan bahwa dia hidup sesuai dengan Sunnah yang merupakan kerangka pengamalan dari ajaran Al Qur’an. Baik di saat sedang berjalan, menyantap hidangan, pergi ke sekolah, menuntut ilmu, bekerja, berolah raga, mengobrol, menonton televisi, atau mendengarkan musik, dia sadar bahwa dia bertanggung jawab menjalankan hidupnya sesuai dengan rida Allah. Dia menyelesaikan semua urusan sesuai amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya, sekaligus berpikir bagaimana meraih rida Allah dalam urusan yang dikerjakannya. Dia tidak pernah bertindak dengan cara yang tidak diperkenankan oleh Al Qur’an dan berlawanan dengan Sunnah.
Hidup dengan nilai-nilai Islam dapat dilakukan dengan mengamalkan perintah dan nasihat yang diberikan oleh Al Qur’an pada segala segi kehidupan. Hal demikian dan pelaksanaan Sunnah adalah satu-satunya cara agar manusia mampu mencapai hasil terbaik dan yang paling membahagiakan di dunia dan akhirat. Tuhan berfirman dalam Al Qur’an bahwa seseorang dapat mencapai kehidupan yang terbaik dengan melakukan amal saleh:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An Nahl, 16: 97)
Dengan kehendak Allah, menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur’an dan Sunnah akan membuat seseorang mampu mengembangkan sebuah pemahaman yang luas, kecerdasan yang unggul, kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan kemampuan untuk mempertimbangkan sebuah urusan secara mendalam. Karakteristik ini akan menjamin seseorang yang memilikinya akan menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan kemudahan yang bersumber dari kelebihan tersebut. Seseorang yang menjalani hidupnya dengan berserah diri kepada Allah dan sesuai dengan ajaran Al Qur’an akan sepenuhnya berbeda dengan orang lain dalam hal cara bertindak, duduk dan berjalan, dalam sudut pandangnya dan dalam cara menjelaskan serta menafsirkan sesuatu, juga dalam pemecahan yang ia temukan atas persoalan yang dihadapinya.
Tentunya ini akan menelaah hal-hal yang dilakukan dan kejadian yang dihadapi oleh manusia hampir setiap hari dalam kehidupan dari sudut pandang seorang Muslim yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an. Buku ini akan menunjukkan bagaimana seorang muslim harus menyikapi berbagai kejadian sehari-hari dan situasi yang dihadapinya. Ada dua tujuan dari buku ini: untuk memberikan gagasan mengenai hidup yang baik yang dapat dimiliki berkat ajaran Al Qur’an, dan untuk mengajak semua orang ke dalam hidup yang lebih baik melalui ajaran ini. Sudah pasti bahwa hanya ajaran Al Qur’an yang mampu membuat seseorang menjalani hidupnya setiap jam dalam setiap hari, dan setiap saat dalam hidupnya dalam suasana surgawi, lingkungan damai yang jauh dari tekanan, keresahan, dan kekhawatiran di dunia ini.

Read More...

TUJUH PINTU NERAKA

Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)" (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.




Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: "Mengapa beliau begitu berduka?" Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal" (al-A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai".

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?"
Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, "Mengapa Ayahanda menangis?" Nabi saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab".

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?" Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab". Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).

Maha adil Allah, begitu demokratisnya memberikan kebebasan pada manusia untuk memilih.. antara iman & kufur, dengan tanpa ada paksaan " laa ikrooha fiddin..".

Akhirnya pilihan yang kita ambil, mendapatkan konsekuensi adil dari dzat yang maha adil. Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan keindahan yang "tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, indah mempesona..akhirnya sampai pada kondisi yang mengerikan..
Read More...

DUNIA AKHERAT, MAU?

Penyakit terbesar umat manusia dari dulu sampai sekarang adalah Hubud dunya, yaitu kecintaan yang berlebihan terhadap harta dunia. Pada dasarnya orang-orang yang terlalu dilarutkan oleh gemerlap dunia semata bahkan terkesan berlebih-lebihan, sebenarnya tidak meyakini bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara. Kalau mereka memahami akan hal ini tentu hidup berlebih-lebihan dan hedonisme akan mereka hindari. Ajaran Islam selalu menekankan pada umatnya untuk selalu memupuk sifat tawazun, yaitu pandai menyeimbangkan antara kepentingan dan kebutuhan dunia dengan kepentingan dan kebutuhan akhiratnya. Manusia sekarang sedang hidup di dunia, setelah itu pasti akan mati, maka sudah seharusnya setiap diri mencari bekal untuk akhirat, disamping kesibukan didalam memenuhi kebutuhan hidup didunia. Sangat diharapkan dari hal ini adalah mendapatkan nikmat dunia dan hasilnyapun dapat dipetik dikehidupan akhiat kelak.



Berfiman Allah ‘ Dan carilah, dengan (kekayaan) yang dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah lupa bagianmu dudunia ini. Berbuat baiklah sebagai mana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah mencari (kesempatan) melakukan kerusakan dimuka bumi. Sungguh Allah tidak suka orang yang melakukan kerusakan.’ (Qs Al Qassas-77). Dijelaskan, ayat ini turun berkenaan dengan kisah Qarun. Seorang yang sangat kaya raya dan hidup dizaman nabi Musa As, tetapi sangat sombong dan angkuh kepada Allah (kufur) dan sangat sombong terhadap sesama manusia dengan berprilaku sombong dan sangat kikir sekali. Parahnya lagi setiap himbauan dan seruan nabi Musa As untuk beriman pada Allah dan membuang sifat sombong maupun bakhilnya itu, selalu dibantah dan ditolaknya. Akibat sikap Qarun yang keterlaluan dan sudah diluar batas Allahpun turun tangan, seluruh harta kekayaannya plus dirinya ditenggelamkan Allah kedalam perut bumi, itulah bentuk kemukaan Allah terhadap Qarun yang bukan hanya sekedar dongeng belaka pengantar tidur lelah si buyung

Begitu juga dizaman sekarang ini sepotong firman Allah diatas lengkap dengan kisahnya, sangat baik dijadikan pelajaan didalam memenuhi segala kebutuhan hidup dengan tidak melupakan atau melalaikan kehidupan yang abadi kelak. Diakhiat ada sorga dngan segala kenikmatannya, sorga itu merupakan asal nenek moyang seluruh umat manusia yang diciptakan langsung oleh Allah Swt. Maka sudah sepantasnya setiap umat manusia khususnya umat Islam merindukan negeri asalnya tersebut, dengan banyak melakukan amal kebajikan dan amal shaleh. Kenapa amal shaleh?, karena amal shaleh yang diiringi dengan berbagai aneka kebaikan merupakan penyempurna keimanan seseorang. Barang siapa yang melakukan hal ini dengan penuh kesadaran akan mendapat ganjaran dari Allah berupa ampunan dosa, kalau segala bentuk dosa sudah mendapat rekomendasi ampunan dari Allah ujung-ujungnya adalah kenikmatan yaitu sorga.

Iniah tempat bagi oang-orang yang beruntung.’ Ingatlah hari diwaktu itu Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan untuk dihisab. Itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukannya kedalam sorga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (Qs At Taqhabun-9). Ayat diatas sudah jelas menerangkan bahwa segala perbuatan manusia suatu saat nanti pasti akan dipertanyakan (dihisab). Segala bentuk prilaku baik dan buruk akan dibuka, tak ada yang sanggup berbohong dan dibohongi, semua angota tubuh akan ikut berbicara memberikan kesaksiannya masing-masing. Dari hasil kesaksian inilah yang akan menempatkan diri kita pada kenikmatan sorga atau kesengsaraan dan kepedihan azab neraka jahanam.

Namun, sudah terang dan jelas ayat-ayat Al Quran maupun Hadis Saw mengingatkan tetap saja manusia itu senang bergumul dengan hal-hal yang dilarang Allah. Sudah tidak sedikit dari umat manusia yang diseret oleh gelombang duniawi dan hawa nafsu. Materi pangkat dan jabatan seolah-olah sudah menjadi prioritas utamanya. Segala sesuatu saat ini selalu diukur dengan uang, bahkan keadilan acap kali terdiam karena ditimbun uang. Bahkan yang sangat menyedihkan agama pun akan mereka hormati kalau ada menghasilkan uang. Orang hanya akan dihormati dan disegani karena mereka memiliki banyak uang, disisi lain para tokoh-tokoh agama dengan fatwanya sering disingkirkan karena mereka tidak memiliki kekayaan yang melimpah dsb. Inilah tanda dari sekian banyak tanda akhir zaman, manusia sudah dipebudak harta. Bersabda Rasulullah Saw ‘ Manakala akhir zaman telah/akan datang, maka ukuran agama dan manusia adalah dirham dan dinar. (Hr Imam Thabrani).

Oleh karena itu selama hayat masih dikandung badan marilah kita sama-sama meevaluasi tentang amal perbuatan, apakah yang kita tunaikan selama ini sudah sesuai dengan ajaran Islam, yang hasilnya nanti dapat dipetik dan dirasakan diakhirat nanti. Orang bijak memberi nasehat, ketika sehat bekerjalah dengan giat dan sungguh-sungguh, karena terkadang rasa sakit datang secara tiba-tiba. Dan ketika masih hidup, isilah kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, karena yang namanya ajal kedatanganyapun tidak bisa diprediksikan. Bekerja dan berusaha untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat secara simbang sudah seharusnya diterapkan dalan setiap diri umat Islam. ‘ Iqmalidunyaka kanaka tamutu qadan .’ Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.’.

Dijelaskan, mengunakan dunia untuk akhirat bermakna, selalu mengunakan nikmat yang diperoleh didunia sebagai sarana untuk melakukan kebajikan, yang pahalanya akan didapatkan diakhirat nanti. Dan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi meupakan unsur mutlak didalam meraih keinginan ini. Pada dasarnya aktivitas duniawi adalah menemuan kecukupan materi dengan jalan baik lagi halal untuk dinikmati didunia. Sedangkan untuk akhirat dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai petunjuk agama Islam seperti suka bersedekah, infak, menolong kaum duafa dsb. Selalu ditekankan bahwa umat Islam itu sangat perlu sekali menerapkan prilaku hidup seimbang dalam meraih kepentingan dunia dan akhirat. Hidup manusia ini harus selalu berpacu dengan waktu, jangan sampai kita bosan didalam menjalani sang waktu, kita dituntut untuk mampu memainkan waktu yag singkat ini seevisien dan seevektif mungkin. Bersabda Rasulullah Saw.’ Barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari hari kemarin.maka orang itu termasuk orang yang beruntung. Dan jika amal usahanya sama saja dengan yang kemarin termasuk kategori orang yang rugi. Dan jika amal usahanya lebih buruk dan memprihatinkan bahkan mengecewakan dari hari kemarin maka inilah orang yang tekutuk.’ (Hr Thabrani). Termasuk manusia seperti apakah diri kita?

Read More...

KEMBALI KE SEJARAH

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. (QS Al Kahfi 13-14)

Pemuda dan masa muda merupakan tahapan hidup dalam kehidupan yang penuh dengan luapan energi. Aktif, reaktif, kreatif, sekaligus idealis.

Ketika penindasan sedang terjadi dalam suatu masyarakat dan bangsa, para pemuda tampil melakukan perlawanan. Ketika kebekuan sedang melanda kehidupan masyarakat, para pemuda muncul melakukan pendobrakan. Ketika terjadi pengerusakan terhadap nilai-nilai kehidupan, para pemuda tampil memberantas nya. Dan ketika kebencian kepada para Nabi, Utusan Allah melanda suatu kaum, para pemuda tampil menjadi pembela yang gigih, sekaligus menjadi pengikut-pengikut setia para Nabi.

Di bawah ini ada beberapa karakter kehidupan pemuda yang pernah terukir dalam sejarah umat manusia, khususnya Islam. Karakter ini dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan masa kini, mengingat sebenarnya sejarah itu cenderung berulang (history repeats itself). Sehingga, peristiwa kedzaliman di masa lalu, sangat mungkin kembali lagi meski dalam bentuk yang sedikit berbeda.
Pembela Kebenaran

Dalam catatan sejarah Islam, terungkap dengan jelas tatkala Nabi Musa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt, maka hanya para pemuda sajalah yang mau mengikutinya. Sedang lapisan masyarakat lainnya menolak tegas. Mereka takut pada ancaman dan siksaan penguasa. Allah swt, telah memberitahukan sikap positif para pemuda itu sebagai berikut;

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus 83)

Hal yang serupa juga terjadi pada tahun-tahun permulaan Rasulullah menyampaikan Risalah Islamiyah kepada umatnya. Di sana, justru para pemuda lah yang lebih dulu menyambutnya dengan sepenuh hati. Mereka adalah Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqash, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud, Thalhah bin Ubaidillah, Zubail bin Awwam, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain yang umurnya kala itu rata-rata belum 20 tahun. Sedang, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang namanya menjadi buah bibir orang di masa itu, dan telah membantu mengantarkan para pemuda itu memeluk Islam, usianya belum sampai 40 tahun.
Penghancur Kebatilan

Sebaliknya, pemuda juga menjadi orang pertama penghancur kebatilan. Dalam kisah Raja Namrud, di saat pemerintahannya kedzaliman banyak terjadi dan masyarakat masih menyembah patung-patung. Saat itu, seorang pemuda bernama Ibrahim lah yang tampil secara heroik menentang kedzaliman Raja Namrud dan menghancurkan patung-patung sesembahan mereka.

“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Ibrahim“. (QS. Al-Anbiya 40)

Dalam kurun waktu yang berbeda, ketika kebatilan teramat kuat merasuki kehidupan masyarakat, suku dan bangsa lantaran dukungan penuh dari kalangan militer, birokrat, dan penguasa, para pemuda pilihan maju pantang mundur. Bahkan mereka menolak tawaran perdamaian dari para penguasa. Mereka menolak kompromi antara kebatilan dan kebenaran. Bagi mereka, antara keduanya tidak bisa disatukan, karena bentuk dan sifat berbeda. Jika tetap dipaksa mereka lebih suka memilih berlepas diri, daripada hidup bersama kebatilan. Itulah sikap para pemuda Ashabul Kahfi, yang perjalanan hidupnya diabadikan secara indah dalam Al-Quran.

Mereka mengembara untuk menghindarkan diri dari kebatilan, sampai suatu gua mereka masuk dan beristirahat dengan tenang. Padahal di luar, penguasa terus memburunya. Di dalam gua itu, mereka tidur pulas berhari-hari lamanya, bahkan beratus tahun, tanpa haus, lapar, maupun lelah. Mereka tidur panjang, melampaui zamannya. Saat terbangun, mereka merasa seperti baru tidur sebentar saja, tak kurang sedikit pun juga. Sehat wal Afiat. Sungguh ajaib!

Itulah pertolongan Allah yang diberikan kepada para pemuda yang gigih melawan kebatilan. Mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah sehingga memperoleh kejayaan.
Berilmu dan Berwawasan Luas

Pemuda pilihan juga pemuda yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, seperti yang diperlihatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Sejak masih kanak-kanak ia memang tekun menuntut ilmu dan membaca berbagai fenomena masyarakat. Ketika tumbuh menjadi pemuda, ilmu dan wawasannya bertambah banyak, melebihi orang-orang yang seusianya. Beberapa sahabat senior tak jarang menanyakan sesuatu masalah kepadanya, dan dijawab dengan tuntas. Ia menjadi gudang ilmu, sepeninggal Rasulullah saw. Dan dengan bijaksana ia berkata, “Tiap wadah (tempat) menjadi sempit dengan barang yang dimasukkan ke dalamnya, kecuali tempat ilmu, maka ia akan bertambah luas.”

Pernyataan itu benar. Ketika berbagai persoalan yang juga mengantar terjadinya berbagai kemelut di masyarakat dan pemerintahan, ia mampu menghadapinya dengan memberikan berbagai pandangan yang luas. Pemuda pilihan memang harus memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Terlebih pada zaman sekarang ini dimana ilmu manusia sudah sangat maju.
Berakhlaq Mulia

Pemuda pilihan selain memiliki sikap-sikap positif di atas, juga harus berakhlaq mulia seperti yang terlihat pada diri Muhammad saw, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi Utusan Allah. Begitu rupa keindahan akhlaq nya, sampai orang-orang menyebutnya “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya (jujur).

Syekh Shafiyyur Rahman, seorang sejarahwan pernah menulis bahwa Nabi SAW menonjol di tengah kaumnya dikarenakan perkataannya yang lemah lembut, akhlaqnya yang utama dan sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya, paling bagus akhlaqnya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya sehingga orang-orang menjulukinya Al-Amin, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai Allah dan manusia. Walhasil, beliau adalah uswah hasanah, contoh teladan yang baik sejak dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.

Keluhuran akhlaq sangat diperlukan bagi pemuda, sebab mereka akan menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa, dan negaranya, serta umat manusia pada umumnya. Di bagian lain, keluhuran akhlaq diperlukan bagi pemuda lantaran fisik mereka sedang mengalami proses pertumbuhan. Jika dalam proses pertumbuhan itu mereka diisi dengan akhlaq yang baik, maka akan menghantarkan jiwa mereka menjadi baik. Dan, tentunya hidupnya menjadi lebih bermakna, baik bagi di ri sendiri maupun bagi orang lain.

Bagaimanakah dengan kita? dan...
Apa yang telah kita berikan untuk Islam?

Ingatlah....
Pemuda Islam adalah Harapan bukan sampah!
oleh karenanya, Berjuanglah!
Kita songsong Kebangkitan Umat di Negeri ini!
Allahu Akbar...!!!

Read More...

PALESTINE OUR MINE

Jeritan Hati Anak-anak Palestina
Dalam rintik hujan ini,
Aku mendengar tangisan mereka,
Jeritan mereka,
Seruan mereka,
Anak-anak Palestina.

Seruan itu semakin jelas kudengar,
“Dimana kalian, saudaraku di mana kalian?”
“Jangan lupakan kami, saudaraku. jangan lupakan kami!”
“Kami menunggumu saudaraku!”
“Kami menunggumu!“
“Kami akan selalu mennggumu!”



Hatiku teriris-iris,
Sebab pada hari ini begitu banyak umat muslim sedang menikmati tidurnya,
Sedang di belahan bumi lainnya, umat muslim tak mampu bahkan dipaksa untuk tetap terjaga.

Sebab pada hari ini begitu banyak pikiran dan pendengaran umat muslim sedang hanyut dalam keindahan dunia,
Sedang di belahan bumi lainnya, mereka dihibur oleh suara bom dan letupan senjata.

Sebab pada hari ini begitu banyak umat muslim sedang tertawa ria,
Sedang di belahan bumi lainnya, wanita dan anak-anak Palestina tak punya lagi air mata untuk diteteskan, Apalagi untuk tertawa?

Hatiku begitu tersayat-sayat,
Sebab kedua kaki ini hanya mampu melangkah dari Masjid Raya menuju Mandala,
Ia tak mampu sampai ke bumi jihad Palestina berdiri tegak menyelamatkan Al Aqsa.

Sebab kepalan tangan ini hanya mampu membumbung ke angkasa menggemakan takbir pada-Nya,
Ia tak mampu mengangkat senjata dan mengarahkannya ke musuh-musuh yang telah membuat para wanita dan anak Palestina begitu menderita.

Sebab suara lantang ini hanya mampu menggema melawan suara kendaraan di sepanjang jalan sana,
Ia tak mampu berteriak seperti mujahid Palestina di hadapan tank-tank baja.

Wahai Allah,
Pada hari ini kami sedang berbaris di depan jalan sebuah kota,
Jumlah kami mungkin tak banyak, Namun ghirah kami ribuan kali lebih besar dari sekadar nyali para pengecut yang ingin merebut Al Aqsa.

Wahai Allah,
Sampaikan doa dan salam jihad kami kepada mujahid/mujahidah Palestina,
Turunkan bala tentara-Mu sebagaimana tentara perang Badar di bumi jihad Palestina,
Himpunkan dan satukan ghirah kami dalam ruh-ruh mereka yang sedang berjuang di bumi jihad Palestina.

Maka saksikanlah oleh kalian,
Wahai musuh-musuh Allah!
Bahwa ghirah mujahid/mujahidah Palestina hari ini dan akan datang,
Ribuan bahkan jutaan kali lebih dahsyat dari hari sebelumnya,
Kekuatan mereka akan bertambah dan terus bertambah,
Hingga kalian tak‘kan mampu menghitung jumlahnya,
Hingga dari setiap kesyahidan 1 mujahid/mujahidah akan muncul 1000 mujahid/mujahidah baru meneruskan perjuangan mereka,
Hingga bumi pun bergetar menahan derap langkah mereka.

Ketahuilah wahai Israel La’natullah,
Sebutir peluru yang menembus dada seorang mujahid/mujahidah,
Selalu menjadi senyum kemenangan di wajahnya.

Sebab,
Jihad adalah jalan juang kami,
Dan syahid di jalan Allah adalah,
Cita-cita kami tertinggi.
Perjuangan ini tak‘kan pernah berhenti...!


Read More...