RASULULLAH SANG USWATUN HASANAH

Hampir tidak ada tokoh dalam sejarah yang ditulis, dipelajari, dibahas, dan dijadikan panutan dalam setiap ucapan, persetujuan, larangan dan perilakunya, selengkap, sedetil, dan sebanyak Nabi Muhammad SAW. Jumlah halaman dan buku yang ditulis mengenainya tidak terhitung jumlahnya, seolah pena telah kehabisan tinta untuk melukiskan betapa luas hidayah dan rahmat Allah yang dibawanya.



Teladan kepemimpinan sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW karena ia adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk di antaranya: self development, bisnis, dan entrepeneurship, kehidupan rumah tangga yang harmonis, tatanan masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, sistem hukum yang berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta memastikan keamanan dan perlindungan warga negara. Kepemimpinannya accepted karena diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Kepemimpinannya proven karena sudah terbukti sejak lebih 14 abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan.

Faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah SAW adalah rabun dekat kaum muslim sendiri. Yang dimaksud rabun dekat adalah ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dimensi sosial, politik, militer, edukasi, dan hukum kemudian memformulasikan nilai-nilai keteladanan tersebut ke dalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Saat ini cara pandang kebanyakan kita terhadap Rasulullah SAW adalah one-sided. Artinya hanya menjadikan Muhammad SAW sebagai pemimpin keagamaan saja. Daerah tertorialnya hanya di masjid dan mushalla. Kita menjadikan Muhammad SAW sebagai panutan saat kita shalat saja tetapi bila sudah keluar dari masjid masuk ke bank atau lembaga keuangan lainnya, maka suri tauladannya ditinggalkan. Ketika melakukan transaksi ekspor-impor petuahnya tentang kejujuran diabaikan. Ketika melakukan promosi iklan di media, fatwanya tentang akhlak dan kewajiban menghormati wanita agar jangan dijadikan objek murahan diacuhkan.

Setiap musim maulid tiba, banyak dibacakan shalawat-shalawat panjang, diba, dan barzanzi. Tetapi semua itu sebatas dikumandangkan di masjid, madrasah dan rumah-rumah saja. Saat kembali di lingkungan kerja, kantor misalnya, ternyata kantor kosong dari nilai-nilai akhlak dan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan barzanzi. Shalawat terus dibaca, barzanzi selalu dikumandangkan tetapi kehidupan ini semakin jauh dari teladan Rasulullah bahkan tidak jarang semakin dekat ke budaya yahudi dan kapitalistik. Si kuat memakan si lemah. Profit jauh lebih diutamakan dari akhlak dan syariah.

Di sisi lain ada juga yang terjebak dalam pengkultusan yang dilarang syariah dan Rasulullah sendiri. Memuliakan Rasulullah adalah wajib, membaca shalawat adalah sunnah, membela kehormatannya adalah fardhu-kifayah bahkan bisa menjadi fardhu ‘ain dalam situasi tertentu. Tetapi hal ini tidak harus membawa kita ke jurang pendewaan Rasulullah yang tidak proporsional. Rasulullah pernah mengatakan, “Janganlah kalian terlalu mengagung-agungkan aku seperti halnya kaum kristen mendewakan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku ini manusia biasa putra seorang wanita Makkah yang memakan daging yang dikeringkan (lauk sederhana). Panggillah aku Rasulullah dan hamba Allah.” Bukhari Muslim

Banyak di antara kita yang memposisikan Rasulullah terlalu melangit, tinggi, dan jauh di atas sehingga mendekati posisi dewa atau anak dewa. Akibatnya beliau menjadi asing dan tidak bisa ditiru dan dijadikan suri tauladan lagi.

Telaah yang seksama atas sunnah nabawiyah akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa Muhammad SAW adalah manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya. Sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan. Beliau berjalan di pasar, membawa barang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong daging serta menyiapkan sayuran di dapur. Beliau juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.

Sebagai seorang pemimpin beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakan kekalahan dan kesedihan. Tubuhnya tidak terdiri dari besi tetapi daging dan tulang biasa. Kulitnya pernah robek, pelipisnya pernah terluka parah dan 2 giginya tanggal terkena pukulan di Perang Uhud.

Jarang juga kita melihat studi yang mendalam oleh cendekiawan dan personel militer tanah air terhadap strategi militer Rasulullah padahal ia telah memimpin 9 perang besar 53 ekspedisi militer. Suatu jumlah operasi lapangan yang jauh lebih besar dari pengalaman tertorial seorang komandan angkatan bersenjata mana pun. Lebih dari itu semua operasi militer dilakukan tanpa alat komunikasi canggih seperti satelit, handphone, internet, dan fax.

Muhammad SAW adalah manusia yang luar biasa namun bukan tidak mungkin untuk diteladani dan diikuti jejak-jejak kesuksesannya yang multidimensi. Salah seorang guru leadership menyatakan bahwa kepemimpinan yang baik memberikan inspirasi. Itulah yang membedakan pemimpin dengan yang bukan.

Muhammad SAW disamping meninggalkan teladan yang bisa kita copy-paste juga meninggalkan banyak inspirasi dan kebijaksanaan tentang banyak hal. Tugas kita lah mengembangkan inspirasi tersebut sesuai dengan dimensi waktu dan ruang serta dalam radius kekhalifahan yang kita emban.

Allah Berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab : 21)

Ya Rabb... kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.
Read More...

HAKEKAT CINTA

Alangkah bahagianya jika seseorang berhasil meraih dan menggapai cinta Allah SWT. Sebab, bila seseorang berhasil mendapatkan cinta Allah, maka hidupnya akan dituntun dan dibimbing oleh Allah SWT. Allah akan membimbing penglihatannya tatkala dirinya melihat; Allah akan membimbing pendengarannya, manakala ia mendengarkan. Sebaliknya, betapa menyakitkan bila kita merasa mencintai dan dicintai oleh Allah, akan tetapi cinta kita hanya bertepuk sebelah tangan.

Kita merasa mendapatkan kecintaan Allah, akan tetapi sebenarnya kita tidak pernah mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Betapa banyak orang sibuk mengerjakan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada diantara manusia yang menyendiri di tengah hutan, jarang makan-minum, bahkan mandi; menjauhi anak-isterinya dan sanak keluarganya. Ia beranggapan bahwa dengan cara ini ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Kita juga menyaksikan ada diantara manusia yang melakukan ritual-ritual tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada yang berpuasa tiga hari tiga malam tanpa putus-putus; bahkan ada yang sampai 40 hari 40 malam. Ada pula yang sibuk membaca kalimat-kalimat dzikir, mengunjungi kuburan para nabi dan wali, membaca riwayat hidup Rasulullah Saw, dan sebagainya.


Akan tetapi, apakah dengan cara-cara seperti itu mereka akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT? Lalu, bagaimana cara kita meraih dan menggapai kecintaan dari Allah SWT; agar cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan dan tidak hanya sebatas merasa mencintai Allah SWT, namun Allah sama sekali tidak mencintai kita.

Allah SWT telah memberikan petunjuk yang sangat jelas, bagaimana cara mendapatkan kecintaanNya. Allah SWT telah berfirman:

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).


Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, “Ayat ini merupakan pembukti, ‘Siapa saja yang mengaku mencintai Allah SWT, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka orang tersebut hanya berdusta saja. Dirinya diakui benar-benar mencintai Allah, tatkala ia mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw, baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau Saw’.” Jika teruji bahwa ia benar-benar mencintai Allah, yakni dengan cara menjalankan seluruh ajaran Muhammad Saw, maka Allah akan balas mencintai orang tersebut. Rasul Saw bersabda:

“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan maka perbuatan itu tertolak.” [Muttafaq ‘alaihi].

Para ahli hikmah telah menyatakan, “Perkara yang hebat bukanlah kamu [merasa] mencintai Allah, akan tetapi, kalian benar-benar dicintai (oleh Allah SWT).”

Imam Hasan al-Bashriy pernah berkata, “Ada suatu kaum merasa bahwa mereka telah mencintai Allah SWT, lalu, Allah SWT menguji mereka dengan firmanNya, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Bukankah agama ini adalah cinta dan benci karena Allah SWT?”

Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan, “Jika kalian mengikuti sunnah Rasulullah Saw, maka kalian akan mendapatkan keberkahan hidup.”

Atas dasar itu, jika kita hidup sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw, maka kita pasti akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, dan kita juga pasti akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dari uraian Imam Ibnu Katsir di atas jelaslah bagi kita, jika seseorang ingin meraih dan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, kita mesti berbuat dan berperilaku sesuai tuntunan Islam. Jika kita berjalan sesuai dengan ajaran yang dibawa Muhammad Saw, tentu kita akan dicintai oleh Allah SWT. Sebaliknya, meskipun kita merasa mencintai dan dicintai Allah SWT, kita tidak akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, selama tidak berjalan sesuai dengan ajaran Muhammad Saw.

Atas dasar itu, kita tidak boleh membuat tatacara atau ritual tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran ataupun ritual apapun yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw tidak mungkin mengantarkan kita untuk meraih cinta Allah SWT. Hanya dengan menjalankan ajaran Islam secara konsisten dan konsekuen. Kita akan mendapat kecintaan dari Allah SWT.

Jelaslah kini, hanya ada satu cara untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT; yaitu, selalu menjaga keimanan dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw. Seorang yang mencintai Allah SWT akan berusaha dengan segenap tenaga untuk menerapkan aturan-aturan Allah SWT, baik yang berhubungan dengan masalah ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Sayangnya, saat ini kita tidak mampu lagi menerapkan aturan-aturan Allah SWT dikarenakan tidak ada institusi yang menjaminnya. Penerapan syari’at Islam dalam bingkai negara masih jauh di atas kenyataan. Padahal, penerapan syariat Islam secara utuh dan menyeluruh merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah, sekaligus jalan pembuka untuk meraih cinta Allah. Bagaimana kita bisa merasa dicintai Allah SWT sementara itu kita mencampakkan aturan-aturannya dan menerapkan pranata-pranata kufur? Pastinya, bukan kecintaan yang kita dapat, akan tetapi laknat dan kebencian yang akan kita sandang. Na’udzu billahi min dzaalik.

Ya Rabb... kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.
Read More...

KEMATIAN DAN TOBAT

Kematian nggak pernah diketahui datangnya. Setiap orang pasti mati. Tapi semua orang tak pernah tahu kapan kematian menjemputnya. Itu sebabnya, kita kudu siap-siap sebelum datang hari di mana kita harus sudah pergi meninggalkan segala nikmat dunia. Kalo kita perhatiin, ada yang sebelum mati sempat ninggalin pesan tertentu kepada keluarganya. Tapi banyak juga yang pergi ninggalin dunia tanpa pesan.

Banyak orang juga yang insya Allah saat ajal mendekat ia masih bisa beramal shalih. Khusnul khatimah alias baik di akhir hidupnya. Namun nggak sedikit yang saat ajal mendekatinya dan benar-benar menjemputnya ia sedang berbuat maksiat. Su’ul khatimah alias buruk di akhir hayatnya Naudzubillahi min dzalik.

Bro en Sis, ajal setiap orang udah ditetapkan waktunya. Udah dijatah sama Allah Swt. batas waktu ‘beredar’ setiap orang di dunia. Jangan lupa juga bahwa hidup kita dunia ini akan diuji, siapa yang terbaik amalnya. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maha Suci Allah Yang di tanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)
Yup, ada ganjaran berupa pahala yang akan diberikan oleh Allah Swt untuk setiap ibadah yang kita lakukan. Begitu pula, Allah Swt. akan memberikan siksa bagi manusia manapun yang telah berbuat dosa dalam kehidupannya (atau bahkan selama hidupnya). Tentu itu adil dong ya. Mereka yang beriman dapat pahala, dan siapa saja yang berbuat maksiat diberikan siksa karena dosa-dosanya. So, emang nggak akan lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Waspadalah!

Terus, gimana kalo kita kadang berbuat maksiat? Ya, Allah Swt. udah ngasih jalan, yakni dengan cara bertobat alias minta ampunan. Setelah bertobat tentu harus ninggalin maksiat yang telah atau biasa dilakukannya sebagai wujud tobat yang sebenarnya-benarnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” [QS at-Tahriim [66]: 8]

Kita semua pernah berbuat dosa

Sobat muda muslim, siapa pun orangnya, pasti ia pernah melakukan dosa, kecuali Rasulullah saw. tentunya, karena memang beliau ma’shum (terbebas dari dosa dan kesalahan) dalam penyampaian risalah Allah ini. Itu sebabnya, saya waktu ngaji dulu, ustadz saya sering mengatakan bahwa, “Orang yang bertakwa bukanlah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Tapi orang yang bertakwa adalah ketika berbuat dosa, kemudian menyadari dan segera memohon ampunan kepada Allah Swt.”

Rupanya ungkapan ustadz saya itu melumerkan kengototan saya waktu itu, yang menilai bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Pernyataan ustadz saya ini juga semakin menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa meski kita tak boleh salah dalam hidup ini, bukan berarti kita akan lolos dari kesalahan. Karena yang terpenting adalah menyadari kesalahan tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi sambil mohon ampunan kepada Allah Swt.

Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah saw.: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan muttaqin kecuali jika dia telah meninggalkan perkara-perkara mubah lantaran khawatir terjerumus ke dalam dosa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Boys and gals, menurut hadis ini, yang mubah saja bila perlu dihindari karena khawatir terjerumus dalam dosa, apalagi yang sudah jelas haram. Iya nggak sih? Oya, dalam keterangan lain, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dan membentengi diri. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa muttaqin adalah orang-orang yang berhati-hati dan menjauhi syirik serta taat kepada Allah. Sedangkan Imam Hasan Bashri mengatakan bahwa bertakwa berarti takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah Swt. dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah Swt.. Berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan Ibnu Mu’tazz melukiskan sikap yang mesti ditempuh seorang muslim agar mencapai derajat muttaqin dengan kata-kata sebagai berikut: “Tinggalkan semua dosa kecil maupun besar. Itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada. Jangan meremehkan dosa kecil. Ingatlah, gunung yang besar pun tersusun dari batu-batu kecil”.

Nah, kebayang banget kan kalo semasa hidupnya ada orang yang selalu maksiat. Duh, gimana tuh dosanya. Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang ketika hidupnya selalu melecehkan kaum muslimin, menghina ajaran Islam, dan malah lebih memilih bersahabat dengan musuh-musuh Islam. Ih, dosanya pasti berlipat-lipat. Apalagi pas ajalnya datang nggak bertobat. Naudzubillahi min dzalik.

Memang sih urusan dosa Allah Swt. yang akan menghisabnya. Tapi kan kita juga diajarkan oleh Rasulullah saw. untuk menilai seseorang dalam berperilaku. Bahwa yang kita nilai itu adalah yang tampak dan sudah jelas dilakukan seseorang (“nahnu nahkumu bidzdzawaahir”, begitu kata Nabi saw.). Misalnya, ada orang yang ngomong bahwa demokrasi itu sistem yang lebih baik dari Islam (sambil dengan bangga menentang upaya perjuangan orang-orang yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyyah), dia juga ngoceh bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme lebih hebat ketimbang Islam, selain itu dia terang-terangan melecehkan kaum muslimin. Nah, untuk orang yang kayak gini tentu saja kita bisa menilai nih orang udah bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu, berdosa dong ya.

Read More...

PENGERTIAN ISLAM

Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ yang berarti damai. Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8 : 61)

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman :

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 49 : 9)

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. 22 : 39)

2. Berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti menyerah. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun: penyerahan total kepada Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208)

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ yang berarti bersih dan suci. Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89): “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Dalam ayat lain Allah mengatakan “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. 37: 84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. 5 : 6)

5. Berasal dari ‘salam’ yang berarti selamat dan sejahtera. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku". (QS. 19 : 47)

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi Mengenai hal ini, Allah berfirman “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 : 3-4)

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) Membenarkan hal ini, firman Allah SWT Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." (QS. 3 : 84)

3. Sebagai pedoman hidup. Allah berfirman (QS. 45 : 20) Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. 6 : 153)

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (QS. 16 : 97)

Read More...

Koran atau AL-QUR'AN

Terlalu banyak orang gax bisa membedakan antara baca koran dengan baca al-qur'an, untuk timbul sebuah pertanyaan yang mendasar. Apa sih bedanya kita baca koran dan kita baca al qur’an, ternyata banyak sekali bedanya. akan tetapi apakah kita selama ini tau perbedaan tersebut, atau kita gak mau tau?.

kalo baca koran insya allah bagi yang berlangganan koran atau sering beli koran setiap hari atau setiap waktu pasti dibacanya koran tersebut. bahkan orang yang gak pernah beli koran mencoba atau berusaha untuk membaca informasi yang terkandung

didalam koran, baik itu berita, iklan, gambar atau cuma sekedar humor (komiknya) dengan cara meminjam, atau ketika menemukan serpihan korang atau koran bekas yang dengan mudah kita temukan. bahkan koran bekas bungkus kacang pun kadang masih dibaca lagi. hampir semua orang tertarik dengan koran. tetapi koran itu hanya berisikan informasi, berita, teknologi, atau humor. hanya sekedar selingan kebutuhan hidup. setelah kita baca kemudian kita lupakan, setelah kita baca gak akan ada yang terjadi dalam diri kita. kecuali kita termakan sama informasi tersebut yang akan merubah pola dan gaya hidup kita. jika koran tersebut datang harian, berarti setiap pagi kita tidak ingin ketinggalan berita, kita rajin menungguin koran tsb. diantar. bila koran datang mingguan, sudah mulai sehari sebelumnya koran tersebut udah dinanti-nanti. bagi sebagian orang, koran tersebut merupakan candu, rasanya belum komplit hidup ini bila belum baca koran.

membaca al qur’an
membaca qur’an jangan disamakan dengan membaca koran, quran telah diterjemahkan dalam banyak pertemuan bahwa qur’an itu adalah undang undangnya orang islam, syariat islam itu ada dalam qur’an. jadi kita membaca qur’an itu bukan hanya membaca, bukan hanya dipelototin atau dilagukan, tetapi juga harus dilaksanakan. namanya juga undang undang, kalo tidak dilaksanakan atau diterapkan dalam kehidupan itu sama saja kita dengan membaca koran. kalo namanya undang undang dibaca tetapi tidak dilaksanakan, sama saja kita membeli sebotol air minum, kita baca tulisan yang terdapat dalam label botol, kita baca seribu kalipun kita akan tetap haus, (baca) “air asli pegunungan, bersih, segar, dan menyehatkan. cocok diminum setalah beraktivitas” baca seribu kali diulang ulang tidak akan ada pengaruhnya, tetap haus. baru setelah kita buka tutup botol, kita minum, baru hilang hausnya, jadi ya harus dilaksanakan, diterapkan. jadi baca qur’an jangan seperti baca koran….tetapi sejauh pengamatan saya belum pernah saya menemui orang yang ketagihan membaca qur’an. menunggu nunggu waktu untuk membaca alqur’an. kebanyakan kita hanya membaca qur’an hanya ketika susah. dan menganggap bahwa qur’an itu sebabagi tuhan… subhanallah..

masih mencari pahalanya baca qur’an????
jangan seperti anak kecil, (baca) kalo kita membaca 1 juz kita akan masuk surga, kalo kita apal 5 juz, kita disurga bersama orang tua kita. dll. padahal pahala itu akan kita rasakan bila setelah kita membaca al qur’an, kemudian kita terapkan dalam kehidupan. setelah kita tau undang undangnya, kita patuhi dan kita laksanakan. itulah yang menghasilkan pahala….,pahala dari perbuatan kita, bukan pahala dari membaca.
bagaimana bila undang undang dasar negara kita tidak kita laksanakan. tentu negara ini akan amburadul….
karena semua berusaha hanya membaca, tidak dilaksanakan.

menghapal ayat suci alqur’an itu wajib, karena itu merupakan undang undang, merupakan panduan, tuntunan hidup kita, untuk menyelamatkan kita didunia dan di akhirat.

Read More...

SIAPAKAH DIA, TAMU TAK DIUNDANG

Betapa seringnya malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam masa 24 jam sebanyak 70 kali.. Andai kata manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lalai mengingati mati. Tetapi oleh kerana malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikat Izrail atas Kuasa Allah.

Justru itu, tidak heranlah, jika banyak sekali manusia yang masih mampu bersenang-lenang dan bergelak-tawa, seolah-olah dia tidak ada masalah yang perlu difikirkan dan direnungkan dalam hidupnya.

Walaupun dia adalah seorang yang miskin amal kebajikan serta tidak memiliki secuil bekal amalan untuk akhiratnya, dan sebaliknya banyak pula melakukan dosa.

Sebuah hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya :

“Bahwa malaikat maut meperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang gelak-ketawa. Maka berkata Izrail : Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berhura-hura dan bergelak-tawa.”

Manusia tidak akan sadar bahwa dirinya senantiasa diperhatikan oleh malaikat maut, kecuali orang-orang soleh yang sentiasa mengingati mati. Golongan ini tidak lalai dan senantiasa sadar terhadap kehadiran malaikat maut, karena mereka senantiasa meneliti hadis-hadis Nabi s.a.w yang menjelaskan mengenai perkara-perkara ghaib, terutama mengenai hal ihwal mati dan hubungannya dengan malaikat maut.

Meski pun mata manusia hanya mampu melihat benda yang nyata, tidak mungkin dapat melihat kehadiran malaikat maut itu. Namun pandangan mata hati mampu melihat alam ghaib, yaitu memandang dengan keyakinan iman dan ilmu.

Sebenarnya manusia itu sadar bahwa setiap makhluk yang hidup pasti akan mati, tetapi manusia menilai kematian dengan berbagai tanggapan. Ada yang menganggap kematian itu adalah suatu ketentuan biasa sebagai pendapat golongan athies, dan tidak kurang pula yang mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang zahir saja. Dia mengambil logika, bahwa banyak kematian disebabkan oleh suatu tragedi, seperti diakibatkan oleh peperangan, bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, kebakaran dan juga kecelakaan diudara, laut dan daratan termasuk kemalangan jalan raya.

Selain itu, mereka juga melihat kematian disebabkan oleh serangan penyakit yang berbahaya seperti penyakit kanker, sakit jantung, AIDS, demam berdarah, dan sebagainya. Disebabkan manusia melihat kematian hanya dari sudut sebab musabab yang lumrah, maka manusia sering mengaitkan kematian itu dengan kejadian-kejadian yang tersebut di atas. Jika berlaku kematian dikalangan mereka, lantas mereka bertanya, ” sebab apa si fulan itu mati, sakitkah atau kemalangankah?”.

Tidak ramai manusia yang mengaitkan kematian itu dengan kehadiran malaikat maut yang datang tepat pada saat ajal seseorang sudah sampai, sedangkan malaikat maut senantiasa berada di sekeliling manusia, mengenal-pasti memerhatikan orang-orang yang hayatnya sudah tamat.

Sesungguhnya malaikat maut menjalankan perintah Allah SWT dengan tepat dan sempurna, dia tidak diutus hanya untuk mencabut roh orang sakit saja, ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan malapetaka. Jika Allah SWT menetapkan kematian seseorang ketika tertimpa kemalangan, atau ketika diserang sakit keras, maka Izrail mencabut roh orang itu ketika kejadian tersebut.

Namun ajal tidak mengenal orang yang sehat, ataupun orang-orang kaya yang sedang hidup mewah dibuai kesenangan. Malaikat maut datang tepat pada waktunya tanpa mengira orang itu sedang ketawa riang atau mengerang kesakitan. Bila ajal mereka sudah tiba, maka kematiannya tidak akan tertangguh walau hanya sesaat.

Walau bagaimana pun, ada kalanya Allah SWT jadikan berbagai sebab bagi satu kematian, yang demikian itu ada hikmah disebaliknya. Misalnya sakit keras yang ditanggung berbulan-bulan oleh seseorang, ia akan menjadi rahmat bagi orang yang beriman dan sabar, kerana Allah Taala memberi peluang dan menyadarkan manusia agar dia mengingati mati, untuk itu dia akan menggunakan masa atau usia yang ada untuk berbuat sesuatu, membetulkan dan bertaubat dari dosa dan kehilapan serta memperbaiki amalan, serta menambah bekal amalan untuk akhirat, jangan sampai menjadi orang merugi di akhirat kelak.

Begitu juga orang yang mati mendandak disebabkan kemalangan, ia akan menjadi pengajaran dan memberi peringatan kepada orang-orang yang masih hidup supaya mereka senantiasa berwaspada dan tidak lalai dari berusaha memperbaiki diri, menambah amal kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan. Karena sekiranya ajal datang secara tiba-tiba pasti akan membawa penyesalan yang tidak berguna.

Di kalangan orang solihin menganggap bahwa sakit yang ditimpakan kepada dirinya adalah sebagai tanda bahwa Allah SWT masih menyayanginya. Karena betapa malangnya bagi pandangan meraka, jika Allah SWT mengambil roh dengan tiba-tiba, tanpa peringatan terlebih dahulu. Seolah-olah Allah SWT sedang murka terhadap dirinya, sebab itulah Allah SWT memberi peringatan terlebih dahulu kepadanya.

Selain itu, Allah Taala menjadikan sebab-sebab kematian itu bagi memenuhi janji-Nya kepada malaikat maut, sebagaimana diriwayatkan oleh Saidina Abbas r.a dalam sebuah hadis Nabi yang panjang. Antara lain menjelaskan bahwa Izrail merasa sedih apabila dibebankan dengan tugas mencabut roh makhluk-makhluk bernyawa kerana di antara makhluk bernyawa itu termasuk manusia yang terdiri dari kekasih-kekasih Allah SWT yaitu para Rasul, nabi-nabi, wali-wali dan orang-orang solihin.

Selain itu juga, malaikat maut mengadu kepada Allah betapa dirinya tidak disenangi oleh keturunan Adam a.s, dia mungkin dicemooh kerana dia ditugaskan mencabut roh manusia, yang menyebabkan orang akan berdukacita, kerana kehilangan sanak-saudara dan orang-orang yang tersayang di kalangan mereka.

Diriwayatkan bahwa Allah SWT berjanji akan menjadikan berbagai macam sebab kepada kematian yang akan dilalui oleh keturunan Adam a.s sehingga keturunan Adam itu akan memikirkan dan mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang dialami oleh mereka. Apabila terjadinya kematian, mereka akan berkata bahawa si fulan itu mati karena mengidap sakit, ataupun karena mendapat kemalangan, mereka akan lupa mengaitkan malaikat maut dengan kematian yang terjadi itu.

Ketika itu, Izrail tidak perlu bersedih kerana manusia tidak mengaitkan kematian tersebut dengan kehadiran malaikat maut, yang memang diutus oleh Allah SWT pada saat malapetaka atau sakit keras seseorang itu bertepatan dengan ajal mereka yang memangnya telah tiba.

Namun pada hakikatnya bahwa ajal itu adalah ketetapan Allah, yang telah termaktub, semuanya telah nyata di dalam takdir Allah, bahwa kematian pasti tiba pada saat yang ditetapkan. Izrail hanyalah tentara-tentara Allah yang menjalankan tugas seperti yang diamanahkan kepadanya.

Walau bagaimana pun adalah menjadi hak Allah Taala untuk menentukan kematian, sebagai mana yang dinyatakan pada awal tulisan ini bahwa ada kalanya malaikat maut hendak mencabut roh seseorang, tetapi manusia yang dikunjungi malaikat maut sedang dalam keadaan bergelak-tawa, hingga malaikat maut merasa heran terhadap manusia itu. Ini membuktikan bahawa kematian itu tidak pernah mengenal kondisi seseorang yang sedang sakit atau pun ketika sehat dan segar-bugar.

Firman Allah Taala yang bermaksud :

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) mempercepatnya.” (Surah Al-A’raf ayat 34)

Ya Rabb kami…….
Engkau tidak pernah jauh, kami yang jauh dari-Mu.Engkau tidak lupa dgn kami, kamilah yang lupa dgn-Mu, dan Engkau tidak tidur untuk memikirkan mahkluk-Mu,kamilah yg tertidur lama sehingga kami lupa kpd-Mu ya Rabb.


Ya Rabb kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.

Read More...

KEBIADABAN ZIONIS ISRAEL. DI MANAKAH KITA???

Tampak jelas dihadapan kita masalah demi masalah yang sedang menimpah umat muslim saat ini.Mulai dari ekonomi,budaya,sampai kehormatan umat muslim saat ini pun telah di injak-injak oleh orang-orang kafir.
Lihatlah di palestina,irak,afghanistan,serta di berbagai negeri-negeri muslim lainnya yang telah menjadi korban kekafiran kaum zionis.
Banyak orang-orang yang berbondong-bondong melakukan aksi penolakan terhadap peristiwa ini dengan cara yang bermacam-macam

.Mereka sangat antusias melakukan penolakan atas peristiwa yang menimpah negeri-negeri muslim.
Namun sayangnya itu semua tak begitu berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini.Yang ada kaum zionis (kafir) makin gencar-gencarnya melakukan penyerangan kepada negeri-negeri islam tersebut melalui bala tentaranya.

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?Apa kita harus diam saja dengan perlakuan mereka terhadap saudara-saudara kita disana?

Saudaraku sesama muslim….!
Seharusnya Yang harus kita sadari dan kita lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut bukanlah dengan cara tersebut!Memang sebagai umat muslim kita sangat emosi melihat saudara-saudara kita dibunuh,dijajah,dirampas serta dikuasi tanah kelahirannya.

Sebenarnya yang harus kita lakukan mulai saat ini adalah bermuasabah dengan apa yang telah terjadi belakangan ini yang telah menimpah umat muslim saat ini.Kita intropeksi diri dengan semua yang telah terjadi.

Penyebab utama mereka menjajah negeri-negeri muslim adalah karena memang mereka tak pernah senang dengan umat muslim sampai akhir zaman.
Allah berfirman :”Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran)” (Al Baqaraah : 217)

Masalah Yang Harus Di Pertimbangkan dengan serius.

Pada saat ini nampak jelas bahwa umat islam di dunia mengalami berbagai bencana yang tak kunjung usai. Berbagai fitnah dan celaan diluncurkan kepada umat muslim saat ini.
Saudaraku sesama muslim…….!
Dalam tulisan ini bukannya disini saya mau menyindir atau mengecap anda semua,saya hanya ingin mengajak kita semua yang notabene beragam islam untuk sejenak merenungkan apa yang sebenarnya sedang kita alami saat ini sehingga begitu banyak bencana yang kita hadapi saat ini.
Mengapa kita semua tidak memperoleh rahmat Allah?Mengapa kita menjadi korban bencana dari segala penjuru?mengapa mereka yang kita sebut orang kafir dimana-mana menguasai umat islam?Dan mengapa kita yang menamakan diri sebagai hamba Allah,diperbudak oleh mereka orang-orang kafir?
Semakin saya berfikir sebab dari persoalan ini, semakin saya merasa yakin bahwa satu-satunya perbedaan antara kita dengan mereka orang-orang kafir sekarang ini hanyalah perbedaan nama saja, sedangkan kita sama lupanya kepada Allah dengan mereka orang-orang kafir.
Tentu saja ada perbedaan antara kita dengan mereka, tetapi perbedaan ini sangat sedikit dan kecil tidak berarti apa-apa. Justru karena perbedaan itu kita patut mendapatkan hukuman dari Allah SWT, karena kita tahu bahwa al-Qur’an adalah kitab Allah tapi kita memperlakukannya sama seperti perlakuan orang-orang kafir yang mengingkarinya. Kita tahu bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah, Tetapi kita seperti halnya orang-orang kafir, takut untuk mengikuti petunjuk yang di contohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Kita tahu bahwa Allah mengutuk para pembohong dan telah menyatakan dengan tegas bahwa tempat tinggal orang-orang yang menyuap dan yang menerima suap adalah neraka.Dia telah menyatakan bahwa orang yang mengambil dan pemberi riba adalah penjahat-penjahat yang keji.Dia telah mangatakan bahwa membicarakan orang lain sama seperti halnya ia memakan bangkai saudaranya sendiri yang telah mati. Dia telah memperingati bahwa kata-kata dan perbuatan-perbuatan yang kotor, kemesuman dan perbuatan-perbuatan yang cabul akan di hukum dengan hukuman yang pedih. Tetapi walaupun kita mengerti itu semua, namun kita masih melakukannya dengan bebas sama seperti halnya orang-orang kafir, seolah-olah kita tidak takut sama sekali sama Allah. Inilah sebabnya mengapa kita tidak memperoleh rahmat, karena kita tampaknya saja sebagai orang muslim, namun sebenarnya kelakuan kita sama halnya dengan orang-orang kafir. Kenyataan bahwa orang-orang kafir menguasai kita, dan kehinaan kita di tangan mereka pada setiap peristiwa, adalah bentuk hukuman atas kejahatan yang telah kita lakukan karena tidak menghargai bentuk nikmat karunia islam yang telah dilimpahkan kepada kita.

Saudaraku…!
Apa yang ditulisankan diatas bukanlah semata-mata untuk menyalahkan saudara semua akan tetapi untuk mengingatkan dan mengajak kepada saudara untuk memeperoleh kembali apa yang telah hilang dari tangan kita. Keinginan untuk merebut kembali harta yang hilang dari tangan kita itu sendiri akan muncul bila kita menyadari apa yang telah hilang dari tangan kita dan betapa bernilainya harta yang hilang itu. Karena itulah mari kita semua untuk segera merebut kembali itu semua, ibarat anda dulu memepunyai harta yang tak ternilai harganya, yang kemudian hilang dari tangan anda, maka anda pasti akan berfikir untuk memperoleh kembali harta itu karena sangat berharga sekali dalam hidup anda.

Semoga dengan sepatah kata yang sangat singkat ini kita semua dapat membangun mental kita,membangun samangat kita untuk semakin bertaqwa kepada-Nya,agar bisa meraih lagi masa dimana kita berdiri lagi diatas,masa dimana hukum-hukum Allah dipakai,masa dimana kemenangan islam bukan lagi angan.

Ya Rabb kami…….
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”(As Sajdah : 7-9)

Engkau tidak pernah jauh, kami yang jauh dari-Mu.Engkau tidak lupa dgn kami, kamilah yang lupa dgn-Mu, dan Engkau tidak tidur untuk memikirkan mahkluk-Mu,kamilah yg tertidur lama sehingga kami lupa kpd-Mu ya Rabb.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(Ath Thalaaq : 2-3)

” Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Al Baqarah : 2)

” Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”(At-Takaatsur : 1)

Ya Rabb kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.

Read More...

dlm perjalanan hidup manusia terkadang perlu utk kembali menengok ke sejarah masa lampau masa-masa sebelum datang cahaya Islam. Sebuah masa yg penuh dgn perilaku kejahilan dan semangat hawa nafsu di mana di dlm terdapat tatanan kehidupan yg didasarkan hanya pada pandangan baik akal dan “kesepakatan” orang banyak. Bukan tatanan kehidupan yg dibimbing oleh wahyu dari Dzat Yang Maha Benar.


Kita perlu menengok kepada kehidupan di masa jahiliyyah itu krn realita kehidupan kita di masa ini ternyata banyak memiliki kesamaan dgn realita di masa jahiliyyah. Padahal dgn diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg membawa cahaya Islam berbagai konsep kemasyarakatan ala masyarakat jahiliyyah itu semesti terhapuskan krn bertentangan dgn nilai-nilai Islam. Dengan demikian menggali kembali hakikat alam kehidupan jahiliyyah bukan suatu keterbelakangan dan kejumudan berfikir namun merupakan langkah utk lbh maju ke depan.
Merupakan suatu keterbelakangan bila kita tdk mau mempelajari berbagai praktek kehidupan jahiliyyah sehingga disadari atau tdk kita telah terjatuh kepada perilaku kehidupan jahiliyyah itu. Tanpa sadar kita telah menjadi pendukung utk menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka. Telah digambarkan oleh banyak sastrawan bagaimana kejahatan dan kebiadaban ala hewan dlm alam jahiliyyah. Yang kuat berkuasa dan yg lemah diinjak-injak bahkan menjadi budak.
Penggambaran dgn bahasa yg indah tentang kehidupan jahiliyyah sesungguh tdk mewakili pengupasan akar kejahatan tersebut lebih-lebih jika ingin mencabutnya. Cikal bakal kehidupan jahiliyyah memunculkan segala wujud kejahatan berupa kerusakan dlm bentuk pemerkosaan hati tiap insan dgn perbuatan kedzaliman yg terbesar yaitu “Kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Penghambaan yg keluar dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala penghambaan yg diiringi dgn penghinaan diri kepada sesuatu yg lbh rendah darinya. Penghambaan kepada batu kuburan pohon tempat-tempat keramat dan sebagai merupakan pembunuhan terhadap fitrah yg suci di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan tiap hamba dengannya. Juga merupakan perusakan terhadap akal manusia yg Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan dan membedakan dgn makhluk-makhluk lain. Penjajahan terhadap kemerdekaan tiap insan utk bisa langsung berhubungan dgn Rabb- dan perbudakan diri yg tdk pada tempatnya. Inilah kejahatan yg hakiki.
Menelaah kembali prinsip-prinsip hidup jahiliyyah bukan berarti ingin mengembang-biakkan namun semata-mata utk membentengi diri dan memperingatkan umat utk tdk terjatuh padanya.
Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu menyatakan:
“orang2 berta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan aku berta kepada tentang kejahatan khawatir menimpa diriku.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguh ikatan Islam akan putus seikat demi seikat apabila muncul di dunia Islam orang2 yg tdk mengetahui jahiliyyah.”
Seorang penyair mengatakan:
Aku mengetahui kejahatan bukan utk melakukannya
melainkan utk menjaga diri darinya
Barangsiapa yg tdk mengenal kebaikan
dari kejahatan
Khawatir dia terjatuh padanya
Semoga dgn menelaah prinsip-prinsip hidup yg rusak itu kita bisa mewanti-wanti diri anak dan generasi muslimin darinya1.
Di antara sekian praktek hidup jahiliyyah adl mengagungkan kuburan.

Hakekat Kematian
Kematian merupakan suatu kepastian yg telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada tiap yg bernyawa. Ketentuan yg tdk bisa dimajukan dan dimundurkan yaitu berpisah ruh dari jasad. Perpisahan ini menggambarkan sesuatu yg tdk bisa berbicara lagi berpikir bergerak melihat mendengar sebagaimana tabiat kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tiap-tiap yg bernyawa akan merasakan mati dan sesungguh pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dlm surga sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tdk lain hanyalah kesenangan yg memperdayakan.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan tentang sesuatu yg akan menimpa seluruh makhluk bahwa tiap yg bernyawa akan mengalami kematian seperti firman Allah: “Sesuatu yg ada di bumi itu akan binasa dan tetap kekal Wajah Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan” . Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yg Esa dan tdk akan mengalami kematian manusia dan jin yg akan mengalami kematian demikian juga seluruh malaikat dan para pemikul ‘Arsy Allah.”
Manusia telah bersepakat bahwa bila ruh berpisah dgn jasad mk jasad tersebut tdk bisa bergerak berbicara mendengar bekerja berdiri dan tanda-tanda kehidupan lainnya. Namun kerusakan aqidah mereka menyebabkan terbalik keyakinan tersebut. Sehingga mereka meyakini bahwa orang mati itu bisa muncul lagi ke dunia bisa berbuat sesuatu di luar perbuatan orang yg hidup mendatangi keluarga lalu menyapa mereka muncul di atas kubur menarik kaki orang2 yg berjalan di atas dan sebagainya. Ini semua adl cerita-cerita khurafat yg didalangi oleh Iblis dan tentara-tentara utk merusak aqidah orang2 Islam.
Bisakah si mayit mendengar dan berbuat sesuatu sehingga kita bisa menjadikan dia sebagai perantara dgn Allah atau kita bisa meminta sesuatu kepadanya?
Bisakah si mayit membantu orang yg mengalami malapetaka dan kesulitan hidup?
Tentu tiap orang akan menjawab bahwa mayit tdk akan sanggup melakukan yg demikian. Namun keyakinan banyak manusia sekarang justru sebaliknya. Begitulah bila kuburan telah diagungkan dan

Read More...